Rahasia Burung Jawara


Banyak sekali keluhan yang saya terima mengenai kondisi burung yang sakit. Umumnya, para penghobi burung tidak bisa menjelaskan secara pasti sakit apa burung mereka. Ada yang hanya menyebutkan burung nyekukruk, burung mengembang bulunya, burung cuma tidur alias ngantukan, burung pilek, burung batuk-batuk atau burung bersin-bersin, atau juga cuma menduga-duga burung cacingan, kreminan, burung kena kutu (kutuan) dan sebagainya.

Kalau misalnya dia menduga burung cacingan (burung diserang cacing) juga tidak bisa menyebutkan ciri-cinya. Kadang cuma dibilang burung mencret, burung beraknya putih, burung beraknya cair, dan sebagainya. Memang harus kita akui, diagnosa yang tepat untuk burung sakit harus tepat sehingga tepat pula pemberian obatnya.

Banyak sekali saat ini beredar obat untuk bangsa burung atau unggas di pasaran. Hanya saja, kebanyakan adalah obat untuk ayam atau jenis unggas yang biasa dipelihara orang. Obat khusus burung atau obat burung, tidak banyak diproduksi di dalam negeri. Kalau ada yang memproduksi, biasanya hanya berupa suplemen burung dengan iming-iming burung gacor, burung berkicau terus, dan juga dijanjikan bisa membuat burung macet bunyi menjadi bunyi gacor owor-owor.
Malah ada beberapa di antaranya yang sifatnya perangsang bunyi burung. Ya, sifatnya sekadar doping — doping burung, yang akibatnya sering fatal. Suara burung bisa menjadi mengecil, suara burung bisa hilang, bahkan burung tak bisa bersuara. Kadang-kadang akibatnya lebih fatal lagi, burung mati, burung KO sia-sia.

Begitu juga untuk vitamin burung, banyak mereka yang menggunakan vitamin untuk ayam, baik itu vitamin tunggal maupun multivitamin (multi vitamin). Demikian juga dengan mineral burung, banyak yang menggunakan mineral untuk ayam sebagai mineral untuk burung, baik yang hanya beberapa mineral maupun multimineral.

Berkaitan dengan hal itulah, saya mencoba mencari dari berbagai produsen obat-obatan untuk hewan ternak dan saya mintakan formula khusus obat untuk burung. Lebih tepatnya lagi adalah formula produk kesehatan yang lebih berfuingsi sebagai perawatan sehingga burung terjaga staminanya dan tidak perlu obat.

Di luar masalah itu, ada ancaman yang nyata terhadap kesehatan burung yang selama ini kurang menjadi perhatian. Ya, tidak lain tidak bukan adalah kutu burung dan cacing burung.

Burung yang terlihat sakit-sakitan, nyekukruk, burung keluar air dari matanya (mata berair atau rembes) misalnya, kadang disebabkan oleh serangan cacing. Kadang pula, hal itu disebabkan oleh infeksi yang ditimbulkan oleh luka akibat gigitan kutu burung.

Oke, dalam melayani keinginan penghobi dan penangkar burung akan kesehatan dan top performa burung, Om Kicau sudah meluncurkan beberapa produk kesehatan dan pencegahan penyakit untuk burung. Produk itu memang dikhususkan untuk burung mulai anis merah, anis kembang, branjangan, cucak ijo (cucak hijau), cucakrowo (cucak rawa), pentet, kenari (dan berbagai jenis finch lain), paruh bengkok seperti lovebird (love bird /LB), nuri, kakaktua, parkit dan juga burung peliharaan kesayangan seperti beo dan burung-burung lainnya.

Sebelum kita berbicara mengenai hal itu semua. Sebaiknya Anda tahu dulu mengenai RAHASIA BURUNG JAWARA.
Anda pasti sangat paham, BURUNG JAWARA bagi penggemar kicauan hanya ada dua. Pertama, jawara untuk berkicau. Kedua, jawara untuk beranak-pinak. Titik, tidak ada koma.

Jawara berkicau artinya burung gacor, selalu berkicau, tak peduli di arena lomba ataupun di rumah. Jawara untuk beranak pinak berarti selalu bereproduksi dengan baik. Menghasilkan anakan banyak, menghasilkan uang.

Tahukah Anda bahwa burung Anda pun bisa seperti itu? Itu tentunya kalau Anda memahami dan mau melakukan hal utama yang dibutuhkan burung. Apa? Kuncinya hanya satu: burung harus sehat.

Tidak perlu dicari-cari alasan mengapa burung Anda tidak juga bunyi sehabis mabung, mabung tidak juga tuntas, macet setelah tarung, berhenti bertelor atau bertelor hanya satu, atau bertelor tiga tetapi tidak pernah menetas dan segudang alasan lain.

Jika burung Anda seperti itu, maka semua itu hanya menandakan satu hal: BURUNG ANDA TIDAK SEHAT!!

Ya, kembali lagi ingatlah satu prinsip dalam memahami burung: “Burung sehat pasti gacor, burung sehat pasti bereproduksi”.

SEHAT ITU SEPERTI APA?

Sehat itu ada dua. Sehat mental dan sehat fisik. Burung yang mentalnya drop, pasti macet atau kalau bunyi sangat-sangat tidak memuaskan. Itu sama juga dengan burung yang tidak sehat secara fisik. Pasti bermasalah sebagai kicauan dan juga bermasalah di kandang penangkaran.

Agar burung Anda sehat mental, jauhkan dari hal-hal yang membuat dia tertekan. Misalnya perilaku kasar pemelihara, burung lain yang lebih superior, dan predator bagi burung di sekeliling rumah, misalnya kucing, anjing dan juga tikus.

Agar burung Anda sehat fisik, hilangkan segala gangguan dan ancamannya.

* Pertama, peralatan pemeliharaan. Pastikan tidak ada bagian runcing, tajam dan sebagainya yang memungkinkan burung Anda terluka.
* Kedua, basmi segala parasit, mikroba dan virus yang mengganggu kehidupannya.
* Ketiga, cukupi kebutuhan nutrisinya.

Hendaknya Anda ingat, bahwa gangguan dan ancaman segala macam mahkluk kecil tetapi berbahaya itu serta kekurangan nutrisi, tidak selalu kasat mata tanda-tanda kehadirannya.

Bisa jadi burung Anda terlihat mulus, juga gacor. Tetapi tiba-tiba saja sering berhenti bunyi secara mendadak. Anis merah misalnya, tiba-tiba saja berhenti teler alias oncling atau mletik, cucak ijo tidak njegrik bin jambul, atau kacer mbagong melulu alias nguda laut forever.

Anis merah mletik alias oncling, besar kemungkinan dia meraskan gatal akibat ada kutu di dalam kantung udara. Kutu di dalam kantung udara? Ya, ketahuilah itu adalah air sac mite atau tungau kantung udara.

Makhluk ini kalau berkembang biak masuk di lapisan bawah kulit dan utamanya di kantung udara burung. Kutu ini perlu dibedakan dengan kutu yang meloncat seperti caplak atau kutu yang merambat seperti gurem. Beda sekali.

Kutu ini, atau lebih tepatnya tungau, hanya bisa mati kalau Anda memutus rantai kehidupannya dengan memberikan pembasmian sistemik menyeluruh (dari luar seperti semprot, dari pencernaan melalui makanan atau minuman dan dari kulit dengan pengolesan di sekitar kantung udara).

Kalau cucak ijo yang seharusnya jegrik atau menjambul dan ngentrok, kok cuma tampil biasa atau bahkan tidak bunyi, mengapa? Itu kemungkinan besar dia kekurangan vitamin dan mineral, tetapi bisa juga karena gangguan parasit seperti halnya air sac mite dan juga cacing. Artinya, sebanyak apapun Anda memberi extra fooding, percuma saja kalau di dalam tubuh burung terdapat banyak parasit yang menggerogoti sari makanan dan juga darah burung.

Nah kalau kacer mbagong bagaimana? Ini sebuah rahasia yang barangkali perlu Anda ketahui. Kacer mbagong alias nguda laut sebenarnya adalah burung dengan “nafsu besar tenaga kurang”.

Jangan Anda bilang bahwa kacer Anda kecukupan vitamin, mineral, karbohidrat dan sebagainya kalau Anda hanya memberinya voer plus jangkrik atau kroto. Selain kandungan nutrisi dari pakan itu kemungkinan kurang atau tidak lengkap, bisa jadi semuanya diserobot oleh parasit dan kutu, caplak maupun tungau/air sac mite.

Ceritanya tentu tidak sampai di anis merah, cucak ijo atau kacer. Semua burung yang bermasalah, semuanya bersumber dari mata air yang sama: kesehatan dan kecukupan nutrisi.

Begitu juga dengan burung di penangkaran. Semua problem seperti tidak juga kawin meski kelihatan berjodoh, tidak juga bertelor meski sudah kawin, sedikit prosentase keberhasilan penetasannya, piyikan mati sebelum berkembang dan sebagainya dan sebagainya. Sumbernya hanya satu: tidak sehat, tidak peduli sesegar apapun kelihatannya burung Anda atau segacor apapun suaranya.

Kalau burung yang terlihat sehat saja sebenarnya banyak sekali menerima gangguan, apalagi burung yang terlihat tidak fit. Pasti dia gangguannya banyak. Bisa jadi dia mendapat gangguan dari segala arah yang tidak Anda sadari. Pertama dari lingkungan yang tidak ramah, kedua dari parasit yang menggerogoti sari makanan dan darahnya, ketiga karena kekurangan nutrisi.

Kasus itulah yang biasanya menimpa burung mabung tidak tuntas atau mabung tidak selesai-selesai atau bahkan burung dengan bulu yang sudah mengerak – kering, nyerit atau melintir-melintir tetapi tidak juga rontok.

Sudah pasti, Anda tidak senang dengan semua gangguan dan kekurangan nutrisi yang menimpa burung Anda. Bisa jadi Anda tidak pernah menyadarinya. Tetapi itulah sesungguhnya RAHASIA BURUNG JAWARA. Burung yang selalu gacor sebagai kicauan dan mendatangkan banyak anakan (alias uang) sebagai burung tangkaran.

Jika Anda sudah tahu semua rahasia itu, maka Anda kini tinggal bertindak. Pastikan burung Anda mendapatkan perlindungan menyeluruh dan memang begitulah seharusnya, bahwa hobi burung menjadi sumber rejeki dan kesenangan dan bukan menjadi beban yang berkepanjangan.

* SUDAHKAN BURUNG ANDA TERBEBAS DARI SEGALA GANGGUAN?
* SUDAHKAN BURUNG ANDA BENAR-BENAR SEHAT DAN MEMBERI KEPUASAN?
* JIKA BELUM, ANDA HARUS MENGAMBIL TINDAKAN!

Ya, pastikan burung Anda mendapatkan perlindungan menyeluruh dari segala macam momok yang menghantui para penghobi burung, baik untuk kicauan maupun untuk penangkaran. Gunakan perlindungan yang tidak membuat Anda bingung lagi untuk menentukannya.
Cara melatih burung agar tidak demam panggung

Cara melatih burung agar tidak demam panggung

Burung demam panggung, pernah saya sampaikan di blog ini. Artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel tersebut. Oleh karena itu, sebelum membaca artikel “cara melatih burung agar tidak demam panggung” ini, ada baiknya Anda membaca artikel “Demam panggung burung lomba dan beta-blocker, apa itu?” terlebih dahulu.

Oke, sebagaimana saya sebutkan dalam artikel demam panggung tersebut, cara untuk menghilangkannya secara benar tidak ada lain kecuali dilatih dan dilatih. Masalahnya, bagaimana melatih burung agar tidak demam panggung atau kalau masih sering demam panggung, bagaimana membuat dia sedikit demi sedikit bisa tampil percaya diri di arena lomba?

Berikut ini tips dari saya berdasar pengalaman selama ini, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman teman-teman penghobi burung lain.

1. Dimulai sejak awal

Untuk melatih burung agar tidak demam panggung, Anda harus melatihnya sejak awal.

Jika itu burung tangkapan hutan, Anda harus benar-benar sudah menjinakkannya terlebih dahulu. Jinak di sini artinya adalah tidak takut dengan manusia dan bukan berarti cuma diam atau mendekat ketika tangan kita masuk ke sangkar. Sebab, banyak burung yang sudah tidak takut manusia sejak lahir (seperti kebanyakan burung hasil tangkaran) tetapi tetap tidak jinak dalam arti mudah ditangkap ketika di dalam sangkar.

Sebelum burung Anda bebas dari rasa takut kepada manusia, jangan berharap burung mau berkicau apalagi gacor. Jadi untuk burung tangkapan hutan, Anda tidak perlu pusing-pusing dengan masalah ekor yang rusak atau paruh yang luka dan sebagainya. Yang penting dijinakkan dulu.

Kalau Anda berpikir “jinaknya nanti saja yang penting bunyi dulu”, maka Anda akan cenderung menyimpan burung bakalan hutan di tempat sepi dengan harapan dia mau bunyi. Oke, burung mungkin bisa segera bunyi, tetapi akan segera membisu ketika orang datang. Lama-lama memang akan tetap bunyi ketika orang datang, tetapi pasti akan tetap gerabakan ketika sangkar diturunkan atau burung digantang di halaman rumah yang banyak orang berlalu lalang.

Untuk itu, biasakan burung “selalu berada di keramaian” atau tempat orang berlalu-lalang.

Kalau Anda khawatir burung “babak bundhas” penuh luka karena menabrak-nabrak jeruji sangkar, gampang saja caranya untuk mencegah hal itu. Bagaimana? Cari kain dari kaos yang transparan dan dibikin sebagai kerodong dengan ukuran yang span (tepat/pas) melingkari seluruh bagian sangkar mulai dari tengah (tangkringan) sampai ke sisi atas dan juga bagian atas sangkar.

Dengan kerodong model seperti itu, meski burung gerabakan, maka dia tidak akan terluka pada bagian pangkal paruhnya. Sedangkan kerusakan bulu juga bisa diminimalisasi.

Saya dulu malah lebih ekstrem, yakni dengan cara membalut semua bagian sangkar atas dengan plastik mika tipis dengan cara saya jahit bagian-bagian tertentu agar menempel tepat di sangkar.

Dengan balutan plastik mika yang ketat ke sangkar ini, disertai cara-cara menjinakkan burung yang saya sebutkan di artikel Cara menjinakkan burung, maka hanya dalam waktu 2 pekan burung anis merah atau anis kembang tangkapan hutan biasanya sudah tidak gerabakan ketika didekati orang. Hanya dalam waktu sebulan, burung yang semula giras, sudah mau angkat bunyi. Coba saja terapkan dengan konsisten, Anda akan melihat sendiri hasilnya.

2. Jaga konsistensi (konsisten ditempatkan di area lalu lalang orang)

Burung yang awalnya jinak atau tidak takut orang, jika terlalu lama disimpan di tempat sepi atau hanya sesekali ditempatkan di keramaian, akan menjadi liar kembali. Hal ini banyak terjadi pada burung anis merah.

Burung anis merah trotol yang sudah tidak gerabakan ketika tangan kita masuk ke sangkar, atau karena memang dipelihara sejak burung masih diloloh/disuapi manusia, akan menjadi liar atau mudah takut orang jika sering ditempatkan di tempat sepi. Oleh karena itu, Anda harus konsisten meletakkan sangkar burung di lingkungan yang banyak lalu lalang orang.

Jika rumah Anda pada dasarnya sepi, maka Anda perlu menyempatkan diri secara rutin membawa burung itu ke keramaian. Bisa diajak ke rumah tetangga atau ke rumah teman ketika Anda berkunjung untuk sekadar bersilaturahmi. Yang penting, burung terbiasa juga untuk dibawa kemana-mana.

Bisa juga ketika Anda melombakan burung atau nonton lomba burung, burung Anda yang “belum jadi” atau sedang dalam “masa pelatihan” dibawa serta ke lingkungan lomba, untuk sekadar di gantang di lingkungan lomba yang tentu saja ramai orang.

Intinya, dilatih secara konsisten bagaimanapun caranya dan Anda (atau minta bantuan teman) perlu menyempatkan diri.

3. Ikutkan latihan secara berkala dan terukur

Kalau burung Anda sudah jinak dan gacor tetapi selalu saja membisu ketika berada di arena lomba, maka Anda harus terus melatihnya dengan mengikutkan pada latihan rutin di tempat Anda.

Hanya saja perlu saya tekankan, jangan pernah mengikutkan burung dalam latihan dengan banyak lawan dan penonton kalau kondisi fisik burung tidak benar-benar siap. Bukannya bebas demam panggung yang didapat burung tetapi burung drop mental yang kita dulang. Untuk menjaga kondisi fit, tentu saja lakukan perawatan yang baik dan konsisten, serta jaga vitalitasnya dengan produk yang teruji, hehehe.

Jika burung tidak dalam kondisi fit, cukup Anda bawa saja ke sana untuk digantang di luar arena. Yang panting dia terbiasa dengan keramaian orang.
Demam panggung burung lomba dan beta-blocker, apa itu?

Demam panggung burung lomba dan beta-blocker, apa itu?

Anda tentu pernah mendengar istilah demam panggung. Demam panggung, tidak hanya terjadi pada manusia, tetapi juga pada burung. Ketika burung demam panggung, maka burung yang di rumah biasanya gacor owor-owor, di arena lomba cuma membisu, tengak-tengok kanan kiri, loncat-loncat, makan, minum dan pokoknya sangat menjengkelkan.

Apa itu demam panggung? Secara umum demam panggung didefinisikan sebagai perasaan khawatir atau perasaan takut atau fobia yang berkaitan dengan penampilan di depan orang banyak, khususnya di atas panggung menghadapi penonton. Bentuk rasa takut ini bisa datang sebelum orang naik panggung atau juga ketika sudah berada di panggung.

Meskipun demam panggung umumnya menghinggapi orang yang akan naik ke podium, tetapi demam panggung juga bisa ditemukan pada olahragawan. Dalam kasus olahragawan, ketakutan mereka adalah ketakutan tidak bisa memenuhi harapan penonton atau pendukung. Demam panggung bisa menyebabkan tremor di tangan dan kaki (bergetar), diare atau mulut kering. Demam panggung ini bisa menimpa siapa saja, dari pemula sampai veteran. Beberapa orang menggunakan beta blocker untuk mengatasi hal ini. (wikipedia).

Apa itu beta blocker? Jika demam panggung terjadi pada burung, apakah bisa digunakan beta blocker? Oke, kita bahas dulu masalah demam panggung pada manusia dan juga pada burung.

Burung demam panggung

Burung yang sudah mau gacor di halaman rumah atau ketika ditandingkan dengan satu dua burung dengan jumlah penonton sedikit, sebenarnya dia sudah tidak takut orang. Artinya, dia tidak akan gerabagan lagi atau berusaha untuk melepaskan diri dari sangkar ketika didatangi orang.

Namun kenyataannya, banyak burung yang sudah gacor dalam segala kondisi di rumah atau di lingkungan burung lain dalam jumlah terbatas di trek-trekan “kelas kampung” atau “kelas tetanggaan”, hanya membisu ketika dibawa ke arena lomba dengan banyak orang di sekelilingnya. Nah, inilah burung mengalami demam panggung sebagaimana saya singgung di awal tulisan. Burung ini masih takut menghadapi keramaian (bukan takut kepada orang loh karena kenyataannya dia tidak gerabakan meski banyak orang di sekelilingnya).

Bagaimana demam panggung terjadi pada burung? Untuk membicarakan masalah itu, kita akan menengok dulu apa penyebab demam panggung pada manusia secara umum dan langsung mengaitkannya dengan burung.

Pada berbagai penelitian ditemukan fakta sebagai berikut (saya sambung di belakangnya adalah “fakta burung” berdasarkan pengalaman saya maupun teman-teman penghobi burung):

1. Pada manusia: semua orang yang naik panggung, tanpa memperhatikan jumlah pengalaman, di dalam hatinya tumbuh perasaan takut berbicara, baik sebelum atau selama mereka berpidato. Dalam konteks burung, bisa dipastikan juga ada perasaan takut pada awal atau pada pertengahan trek lomba.
2. Pada manusia: tidak ada hubungan yang berarti antara demam panggung, kemampuan untuk berpikir, dan tingkat kepandaian. Dalam konteks burung, demam panggung tidak ada kaitannya dengan variasi isian yang dimilikinya, gampang-susahnya atau cepat-lambatnya burung itu ketika dimaster suara lain.
3. Pada manusia: demam panggung tidak membedakan jenis kelamin. Keduanya, pria dan wanita, bisa mengalami demam panggung, tetapi pria lebih bisa menunjukkan manifestasi (kelakuan fisik) yang nyata dan jelas pada tingkat perasaan yang lebih emosi daripada wanita. Dalam konteks burung, baik jantan maupun betina bisa sama-sama mengalami demam panggung. Namun secara umum, jika ada burung yang jantan maupun betinanya sama-sama bisa dilombakan, maka yang secara umum tampil lebih bagus adalah betinanya (contoh lovebird, cucak jenggot atau cucakrowo).
4. Pada manusia: demam panggung dapat berkurang dengan berkembangnya kemampuan berbicara, meningkatnya pengalaman dalam berbicara, dan dengan bertambahnya usia. Dalam konteks burung, juga sangat jelas bahwa semakin banyak dilatih-tanding dan semakin matang usianya, maka akan semakin bagus performa burung di lapangan (minimal gejala yang menunjukkan burung demam panggung semakin berkurang).

“Cara pintas” atasi demam panggung

Berdasar fakta-fakta di atas, beberapa cara mengatasi demam panggung untuk manusia dan burung sudah pasti adalah berlatih dan dilatih.

Khusus dalam dunia burung, saat ini banyak sekali penghobi yang selalu berangan-angan punya burung bagus secara instan. Banyak yang beranggapan bahwa hanya dengan merawat sebulan dua bulan, sudah bisa menggantang burung di arena lomba dan burungnya mendapat predikat jawara.

Banyak penghobi yang punya burung gacor di rumah dengan isian dan variasi lagu yang bagus, volume yang kencang, beranggapan bahwa akan demikian pula halnya jika digantang di lapangan. Ya, berharap dan berangan-angan memang boleh, tetapi kita harus sadar sekali lagi bahwa “tidak ada makan siang gratis”, tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan.

Obsesi yang berlebihan tanpa mau berusaha sewajarnya, menyebabkan banyak orang menggunakan jalan pintas untuk mengatasi demam panggung. Banyak artis yang tidak percaya diri, menggunakan apa yang kita kenal sebagai beta-blocker.

Apa itu beta blocker?



Salah satu obat beta-blocker

Beta blockers (kadang-kadang ditulis sebagai β-blocker) atau agen pemblokir beta-adrenergik, antagonis beta-adrenergik, atau beta antagonis, adalah kelas obat yang digunakan untuk berbagai indikasi penyakit, terutama untuk pengelolaan aritmia jantung, cardioprotection akibat serangan jantung dan hipertensi. Sebagai antagonis reseptor beta adrenergik, beta blocker bisa mengurangi efek dari tekanan meningkatnya adrenalin dan hormon penyebab stres lainnya.

Singkat cerita beta-blocker digunakan untuk “membuat orang tidak mudah panik”, membuat orang merasa percaya diri, dengan cara memanipulasi perasaan, melalui intervensi zat kimiawi. Beta-blocker cenderung membuat penggunanya mengalami ketergantungan. Ketika beta-blocker “kelas biasa” tidak mampu lagi memanipulasi pikiran dan perasaan, maka banyak orang yang terjerumus menggunakan “beta blocker kelas tinggi” yang untuk mudahnya kita sebut dan kenal sebagai narkoba.

Apakah beta-blocker digunakan untuk memanipulasi “mental tarung” burung? Ya. Banyak penghobi yang secara diam-diam menggunakan obat-obatan yang termasuk dalam kelas beta-blocker.

Ketatnya dunia lomba burung, tingginya obsesi orang untuk mendapat predikat pemilik burung jawara, menyebabkan banyak orang memakai jalan pintas: doping burung. Ya itulah beta-blocker. (Untuk referensi pembanding, silakan baca artikel: Kenali dan hindari burung kena doping ).

Tanpa perlu menekankan lagi bahayanya doping pada burung, hal yang perlu dilakukan untuk menghilangkan demam panggung pada burung sudah pasti adalah dilatih dan terus dilatih. Masalahnya, bagaimana melatih burung agar tidak demam panggung? Ada beberapa tips yang bisa saya sampaikan. Oke, hal itu akan saya tulis pada artikel selanjutnya. Mohon bersabar.

Ciblek clebok, speed rapat suara berdengung

CLEBOK….? Sebuah kata yang aneh, apalagi ketika didepan kata tersebut ada kata “ciblek”. Memang aneh, apalagi untuk penggemar burung yang selama ini hanya mengenal ciblek sawah dan ciblek gunung.

CLEBOK adalah daratan di sepanjang laguna Segara Anakan dan sekelilingnya merupakan wilayah perairan di Kabupaten Cilacap. Letaknya dapat dikatakan terisolasi dari daratan. Untuk mencapai daratan tersebut dapat menggunakan kapal compreng atau kapal mesin menyusuri hutan mangrove dan Pulau Nusakambangan.

Berawal dari keinginan untuk memelihara ciblek istimewa, segera saja saya mengajak Om Duto dan Om Dwi Love Bird menuju ke rumah Om “WARTIM KATHINK” (Facebook id), salah satu spesialis ciblek di Kabupaten Cilacap.

Awalnya kami sendiri sebenarnya belum tahu jenis dari ciblek tersebut. Yang ada di otak kami, bahwa ciblek tersebut paling jenis ciblek sawah atau ciblek gunung. Setelah mendapat penjelasan dari Om Wartim bahwa ciblek tersebut dari CLEBOK, terbersit sebuah pertanyaan, “Apa mungkin ada habitat ciblek di daerah tersebut?”

Pertanyaan tersebut terbersit mengingat daerah tersebut (dan juga airnya) sangat payau, panas dan dengan kondisi angin yang kencang.

Apa dan bagaimana ciblek clebok?

Ciblek clebok mempunyai ciri bulu yang lebih legam daripada ciblek kebanyakan. Hal ini mungkin disebabkan kondisi habitatnya yang ekstrim.

Ciri istimewa dari clebok adalah memiliki kerapatan (speed) suara yang tinggi (sekitar 150% lebih rapat dari ciblek daratan pada umumnya). Selain itu, ada suara tembakan yang berdengung.

Pada saat Om Dwi Love Bird membeli ciblek tersebut dan mendengar suara tembakannya, saya mempunyai niatan untuk membeli satu lagi di waktu yang berbeda. Hal ini saya lakukan untuk membuktikan, apakah ada perbedaan dari kualitas suara antara ciblek dalam satu habitat. Akhirnya Minggu lalu saya diberitahu Om Wartim, bahwa dia sudah mendapatkan ciblek clebok lagi. Tanpa pikir panjang saya segera meluncur dan membeli ciblek clebok tersebut.

Sesampai di rumah, ciblek yang masih muda tersebut ternyata memang tidak berbeda dengan yang Om Dwi bawa ke Jogja.

Speed tinggi dan tembakan berdengung, berulangkali dia bawakan.

Sumber dari omkicau
Tips memelihara dan merawat piyik burung branjangan

Tips memelihara dan merawat piyik burung branjangan

Beberapa waktu belakangan ini burung Branjangan (Mirafra Javanica) semakin banyak dicari dan diburu oleh sebagian besar penggemar burung ocehan. Berbagai alasan dan pertimbangan menjadi dorongan misalnya dipelihara sebagai burung masteran, sebagai penyanyi tunggal, maupun sebagai pelengkap dan pengobat rindu akan keunikan suara dan gaya burung asli tanah Jawa tersebut.

Jika Anda memperoleh branjangan dengan kondisi masih diloloh maka Anda sudah memiliki separuh modal untuk menjinakkan dan mengembangkan karakternya. Di habitatnya, branjangan adalah burung yang sangat aktif dan gesit maka jika anda salah dalam perawatan piyikan, tak mustahil kalau nantinya setelah tumbuh dewasa tidak ada bedanya atau malah akan lebih giras/liar dibanding Branjangan tangkapan muda hutan. Kejadian ini banyak dialami oleh rekan – rekan omkicau.com yang mengeluhkan kegirasan dan keliaran branjangan mereka meskipun katanya dipelihara sedari piyik lolohan maupun trotol. Berikut beberapa tips yang barangkali bermanfaat dalam perawatan piyik branjangan:

1. Gantang rendah di tempat yang ramai lalu lalang dan aktivitas manusia kira-kira setinggi dada orang dewasa.
2. Pemberian pakan bijian sebaiknya dijatah dan diperhitungkan habis dan cukup dalam sehari.
3. Jemur secara rutin tiap hari sekitar 1-2 jam antara pukul 08.00-11.00 .
4. Keluarkan pakan bijian pada saat dijemur.
5. Selesai penjemuran, berikan EF sampai kenyang (jangkrik, ulat hongkong, ulat bamboo, belalang, dsb) langsung dari tangan perawat. Saat pemberian EF luangkan waktu untuk menggoda dan memainkan EF tersebut sehingga piyikan akan berlarian dan berterbangan berusaha menggapai EF yang kita berikan.
6. Masukkan pakan bijian setelah burung kenyang dengan EF, gantang di tempat yang teduh tetapi terang . (tips nomer 1)
7. Lakukan dan ulangi tips nomer 5 (tanpa proses penjemuran) pada sore hari antara pukul 16.00-18.00 sebelum burung dikrodong dan istirahat.
8. Kunci perawatan piyik branjangan adalah intensitas interaksi dengan manusia maupun perawatnya. Jika hal ini bisa dipenuhi maka piyik branjangan anda akan tumbuh menjadi burung yang jinak, mentalnya cepat mapan, serta sangat menghibur dan senang berinteraksi dengan kita.
9. Mental dan karakter piyik branjangan relatif stabil setelah 2 kali siklus mabung atau mencapai umur 1 s/d 1,5 tahun.Artinya jika Anda menemukan branjangan jinak berumur lebih dari 1,5 tahun maka bisa dijamin bahwa branjangan tersebut memang jinak. Sebaliknya jika anda menemukan branjangan yang giras sementara umurnya diperkirakan sudah lebih dari 2 tahun maka usaha untuk menjinakkan burung tersebut bisa menjadi pekerjaan yang menyita waktu dan pikiran Anda, hehehe.
10. Perhatikan kebersihan sangkar dengan mengganti bubukan bata secara berkala serta menjaga kebersihan pakan dan minumnya.
11. Burung sebaiknya ditempel dengan burung kecil misalnya colibri, prenjak, ciblek, kenari, blackthroat dsb karena selain berfungsi untuk merangsang bunyi juga sekaligus sebagai isian.
Demikian tips dari saya semoga bermanfaat bagi anda yang mendambakan piyik atau bakalan branjangannya tumbuh menjadi burung dewasa yang jinak,
Kunci Utama Perawatan Burung

Kunci Utama Perawatan Burung

Persoalan yang paling banyak dimunculkan dalam berbagai forum burung adalah bagaimana membuat burung yang tidak bunyi menjadi bunyi; bunyi jelek menjadi bagus; bunyi bagus tetap konsisten bagus. Hal ini sangat wajar karena tujuan utama yang dikejar para kicaumania dalam memelihara burung adalah bagaimana burung mereka bisa bunyi bagus.

Ya, namanya saja “kicau (burung) mania” dan bukan “gaya (burung) mania” dan bukan pula “tarian (burung) mania”. Meskipun masalah penampilan juga sangat penting, khususnya untuk burung2 lomba, tetapi dalam hal ini saya lebih banyak berbicara dalam hal kicauan dulu. Lagi pula, kebanyakan gaya burung dalam bertarung relatif tetap dan relatif tidak bisa di-treatment untuk diubah.

Kicauan burung sangat berkaitan dengan kesehatan sebagai variabel independen (yang mempengaruhi). Kesehatan ini ada dua; fisik dan mental, yang keduanya tidak bisa dipisahkan sama sekali. Sesehat apapun kondisi fisik burung, kalau terganggu kondisi mentalnya, maka kesehatan fisik langsung terganggu dan tidak akan pernah mau bunyi, apalagi bunyi bagus. Begitu juga kalau mentalnya bagus, maka ketika kondisi fisiknya terganggu, misalnya nglabrak2 dan pangkal paruhnya berdarah, maka akan menyebabkan burung tidak bisa tampil maksimal.

Pakan

1. Kesehatan fisik akan tercapai bila burung tercukupi dalam hal pakan (4 sehat, 5 sempurna), air dan sinar matahari.
2. Kesehatan mental akan tercapai bila burung berada dalam kondisi “senang” dan tidak tertekan.

Berkaitan dengan terpenuhinya 4 sehat 5 sempurna, maka pentinglah bagi burung untuk selalu disuplai makanan tambahan.

- Untuk burung dengan pakan utama serangga (MB, jenis2 kacer, dll) perlu diberi tambahan vitamin secara rutin dan terukur. Untuk jenis burung ini yang terbiasa diberi voor, bisa dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian vitamin. Kalau dalam kemasan voor sudah tertulis bahwa voor tsb kaya akan kandungan vitamin, mungkin tidak perlu ada tambahan suplemen. Untuk burung2 yang tidak diberi voor (karena dikhawatirkan akan menurunkan kualitas suara) mutlak harus ditambah suplemen (khususnya vitamin).

- Untuk burung dengan pakan utama berupa buah (jenis cucak misalnya), perlu diberi serangga secara teratur dan terukur.

- Untuk burung pemakan biji, perlu sering diberi serangga dan buah/sayuran. Kenari dan branjangan misalnya, perlu ada kroto dalam menu makanannya.

Berkaitan dengan terpenuhinya sinar matahari (untuk pengubahan pro vitamin D menjadi vit D; mematikan jamur dan juga kutu), maka itulah perlunya penjemuran. Untuk sekadar alasan kesehatan (bukan treatment agar “ganas” dsb), penjemuran rutin cukup 30 – 60 menit di pagi hari.

Konsistensi

Lebih penting dari semua hal di atas adalah masalah konsistensi dalam pemberian, baik dalam hal jadwal maupun takaran.

Pemberian pakan dengan jadwal yang tidak teratur, kadang diganti pagi, kadang sore; atau jumlah yang tidak teratur, kadang sesendok kadang tiga sendok, atau jenis pakan (misalnya voer) yang berganti-ganti, kadang merk A kadang merk B, membuat burung tidak stabil.

Berkaitan dengan masalah konsistensi inilah maka perlu kiranya bagi para kicaumania untuk menetapkan jenis, jadwal dan jumlah pakan bagi burung mereka yang dilaksanakan secara konsisten.

Misalnya Anda sudah menetapkan pola makan: pagi jangkrik 4 ekor, siang kroto sesendok, sore jangkrik 5 ekor plus cacing 2 ekor, maka konsisten saja itu dilakukan.

Demikian pula halnya dalam hal memandikan dan menjemur. Harus konsisten. Kalau burung Anda biasa dimandikan pagi, ya pagi terus. Kalau sore, ya sore terus. Kalau pagi-sore, ya pagi-sore terus. Kalau seminggu hanya sekali pada hari Minggu, ya seminggu sekali saja pada haru Minggu. Bukan menjadi seminggu dua kali hanya karena kebetulan pada pekan itu ada libur selain hari Minggu.

Kalau memang perlu ada perubahan maka hendaknya perubahan tidak dilakukan secara drastis dan konsisten menerapkan pola baru tersebut. Adakan perubahan secara bertahap. Untuk ganti merk pakan misalnya, maka campurkan saja pakan yang biasanya dengan pakan yang baru. Hari berikutnya, merk tertentu yang hendak dihilangkan, dikurangi porsinya sedikit demi sedikit, sampai pada akhirnya hanya voer pengganti yang kita sodorkan.

Tips dan trik menjaga kesehatan fisik:

1. Jangan pernah iseng memberi pakan burung tidak pada jadwal waktunya (misalnya ada jangkrik lepas, ya masukkan kandang jangkrik, jangan iseng diberikan ke burung yang ada di dekat Anda).
2. Jangan iseng memandikan burung tidak pada waktunya (misalnya biasanya sepekan dua kali, menjadi setiap hari selama sepekan karena kebetulan pekan itu Anda libur atau cuti).
3. Jangan iseng menjemur burung lebih lama dari biasanya untuk sesekali waktu, misalnya hanya karena Anda kebetulan sempat menunggui berlama-lama.
4. Jangan iseng meniru-niru pola pakan dari kawan, jika Anda tidak yakin bisa konsisten untuk melaksanakannya.
5. Jangan sampai kehabisan voor merk tertentu yang biasa Anda berikan ke burung Anda. Jangan terlalu yakin bahwa merk tertentu itu selalu tersedia di kios pakan burung langganan Anda (kecuali Anda mau repot muter2 ke kios lain).
6. Tips (paling gampang dilaksanakan): Konsisten merawat burung secara tidak konsisten…(dengan risiko ditanggung sendiri…., hehehehe).

Tips dan trik menjaga kesehatan mental burung:

1. Biasakan diubah2 tempat gantungannya di tempat2 yang relatif ramai orang, gaduh, berisik.
2. Jangan diubah2 posisi tempat pakannya.
3. Jangan diubah2 bentuk dan ukuran tempat tenggeran/tangkringannya.
4. Biasakan burung dengan kerodong, topi, payung dan lain-lain, dengan warna yang beragam.
5. Biasakan dipertemukan dengan burung lain (baik sejenis maupun lain jenis). Catatan: Jangan lama2, kalau Anda belum yakin dengan kondisi mental si burung.
6. Biasakan dibawa bepergian (entah pakai mobil ataupun motor) entah untuk tujuan lomba, latber, atau sekadar muter2 kota. Misalnya Anda main ke rumah kawan dan tidak merasa repot, bawa saja burung Anda meskipun di sana hanya digantung sendirian, sementara Anda ngobrol.
7. Milikilah burung sejenis sebagai sparring partner atau “unthul” (bahasa Jawa, bahasa Indoensia-nya apa saya tidak bisa memilih kata yang pas) dengan kualitas mental yang jeblok, untuk selalu “dilabrak” oleh burung andalan kita. Ini seperti kalau kita punya ayam bangkok petarung, maka kita perlu ayam jago lainnya (biasanya ayam lokal) yang kualitas tarungnya jelek dengan tugas “menerima pukulan” bangkok jagoan kita. Ini bertujuan meningkatkan mental burung dengan cara memberi perasaan bahwa dia adalah burung “menangan” (padahal musuhnya-lah yang jelek, hehehe bo’ongi saja biar dia pede).

Catatan A:

Burung-burung yang sangat sensitif terhadap perubahan pakan, perawatan dan lingkungan:

1. Jenis kacer/anis (AM, AK, kacer)
2. Jenis cucak (terutama CR dan CI/CH).

Catatan B:

Untuk konsistensi bisa diabaikan ketika Anda men-treatment burung dalam proses ngurak/ bodol/ mabung karena untuk burung2 tertentu kadang diperlukan treatment khusus yang sama sekali berbeda (saya pernah menulis tentang ini. Coba lihat threat tentang AM).

Burung perlu medical/behavior record

Berkaitan dengan masalah konsistensi ini, perlu kiranya setiap burung memiliki medical/behavior record. Tentu ini sekadar catatan kesehatan dan perilaku yang kita tulis secara sederhana. Dalam record itu antara lain terdapat catatan tentang pola makan, pola mandi/jemur, design/pola kandang dan tangkringannya. Record itu kalau bisa ditempel di tempat yang terlihat sehingga siapa saja yang merawat burung itu akan menanganinya dengan pola yang sama. Kalau Anda punya satu dua burung, mungkin tidak bingung ketika Anda pergi dan meninggalkan burung pada perawat khusus/orang lain. Coba saja Anda punya burung lebih dari 10, maka konsistensi perawatan akan kurang terjamin, apa lagi kalau Anda mau mengoperkan perawatan kepada orang lain.

Inilah sesungguhnya yang terjadi, mengapa selama ini banyak orang yang kecewa karena burung yang mereka beli tidak sebagus ketika masih ada di tangan pemilik sebelumnya, misalnya. Jadi kalau Anda beli burung bagus, tanyakan secara detil bagaimana perawatannya, bukan sekadar pada pola pakan, tetapi juga pada pola mandi/jemur, pola sangkar dan detail dalamnya, serta kebiasaan2 lain yang membuat burung dalam kondisi happy (trauma pada benda2 tertentu, bisa membuat burung macet bunyi ketika melihat benda2 sejenis).

Di dalam record itu, juga perlu ada catatan tentang pola perawatan insidentil. Misalnya saja, ada catatan detail pola perawatan ketika mau turun lomba/latber, sebab banyak yang memberikan pola makan berbeda ketika dalam kondisi biasa dan kondisi akan dilombakan/dilatberkan. Bisa saja ketika mau ditandingkan, biasa ditambah porsi pakan A-nya dan dikurangi porsi pakan B-nya, atau malah diberi pakan C yang tidak pernah diberikan secara harian, dan sebagainya.

Sebagai penutup tulisan ini, saya berikan catatan dalam huruf kapital: SEKECIL APAPUN PERUBAHAN DALAM POLA PERAWATAN AKAN BERPENGARUH, BAIK POSITIF ATAUPUN NEGATIF, PADA KONDISI KESEHATAN (FISIK DAN/ATAU MENTAL) BURUNG.

Memilih dan memaster kenari untuk lomba


Memilih kenari (KN) dan cara memasternya untuk keperluan lomba di Jogja ternyata harus berbeda dengan cara memilih dan memaster KN untuk keperluan lomba di Jakarta. Kesimpulan itu saya ambil berdasar informasi yang saya serap dari para pemain KN (KN) Jakarta dan pemain KN Jogja mengenai “KN yang bagus” berdasarkan versi mereka masing-masing.
Lantas mengapa saya membedakan tren KN hanya berdasar dua tren, Jogja dan Jakarta? (tetapi saat ini lihat pula update yang saya tulis). Ini sebenarnya untuk memudahkan penyebutan saja. Kedua kota ini menjadi barometer tren KN dengan latar belakang masing-masing.

“Tren Jogja”
Jogja punya tren tersendiri dalam memaster KN karena orang Jogja (yang dimotori Papburi) “lebih mementingkan” lagu/isian. Gaya tarung atau volume memang punya poin tersendiri. Tetapi, meski KN punya volume tembus dan gaya tarung menawan, dia akan mendapat ranking nilai keseluruhan yang rendah kalau tidak punya lagu/isian yang khas (disebut “lagu standar”).
Karena itulah orang Jogja sangat getol memaster KN dengan berbagai isian. Juga, karena ingin mendapatkan KN yang bagus dalam “menyanyi”, mereka pun melakukan percobaan untuk mendapatkan KN yang keras volumenya sekaligus memiliki olah vokal sebagai KN song type (tipe penyanyi).
KN-KN dengan lagu isian bagus hanya bisa diperbandingkan jika juri benar-benar bisa mendengar secara jelas lagu masing-masing KN. Oleh karena itulah setting lomba Papburi adalah lomba non teriak.
Lantas apakah di Jogja dan kota sekitarnya tidak ada lomba KN sekaligus “lomba teriak”? Ya ada. Di sejumlah tempat masih ada lomba KN dengan aturan boleh teriak. Nah, dalam konteks tulisan ini, maka KN yang dipertandingkan di sana tidak saya masukkan sebagai “tren Jogja” tetapi malah pas untuk “tren Jakarta”.
Dengan demikian, tren Jogja yang saya maksud adalah tren KN untuk lomba ala Papburi, yang berbeda dengan “tren Jakarta” yang pada akhirnya sering disebut sebagai “tren PBI”, di mana arena lomba dipenuhi teriakan2 menggelora. Memang ada “kelas non teriak” di lomba “ala PBI”, tetapi karena lokasinya berdempetan dengan lokasi “kelas teriak”, maka di kedua arena itu suasananya sama: tidak bisa membedakan KN berdasar lagu/isiannya.

“Tren Jakarta”
Berbeda dengan di Jogja, KN yang dianggap bagus di Jakarta adalah KN-KN yang mampu “bersuara panjang”. Lagu/ isian memang mendapat poin penilaian juga. Hanya saja, meskipun KN punya lagu/isian bagus, kalau dalam membawakan relatif pendek meskipun berulang, apalagi relatif tidak tembus, maka dia tidak akan mencapai “nilai mentok” maksimal (semua juri memberi nilai 38).

“Tren Jakarta” ini bukan tercipta dengan sendirinya. Tren seperti itu “tercipta” oleh kondisi lomba yang membolehkan suporter untuk berteriak-teriak. Dalam kondisi riuh-rendah, KN yang terlihat “kerja” adalah KN yang “terus berkicau”, yang ditandai oleh terdengarnya suara si KN dan/atau ”terlihatnya gerakan paruh atau getaran gondok” di leher KN. Dalam mondisi riuh rendah, tak ada lagi perbedaan bagus-jelek di antara KN ber-lagu bagus dengan ber-lagu standar. KN bagus ala Jakarta, dengan demikian, adalah KN yang terus “terlihat” bernyanyi (tak peduli lagu apa yang dinyanyikan).
“Tren Jakarta” inilah yang sekarang merupakan tren umum “KN yang bagus” di berbagai kota.

Tren kacau ala Solo
Untuk Solo sendiri bagaimana? Saya lihat, di kota ini berkembang dua tren tersebut secara bersamaan. Pada satu sisi ada penggemar yang suka KN dengan isian/lagu bagus dan lebih suka terjun di lomba Papburi Solo. Namun yang terbanyak tetap penggemar KN untuk lomba-lomba “ala PBI”.
Kacaunya, banyak penghobi KN yang memaster burung mereka tanpa tahu maksud dan tujuan pemasteran tersebut. Hanya karena orang lain memaster KN dengan blackthroat (BT) dia ikut-ikutan. Ada yang memaster dengan ciblek, dia pun ikut-ikutan. Begitu seterusnya. Padahal, KN itu sendiri memiliki lagu yang pada dasarya bagus; indah mengalun, naik turun dengan warna suara yang variatif.
Jujur saja, saya misalnya, lebih suka suara KN standar ketimbang suara ciblek atau gelatik wingko. Tetapi kalau sudah berbicara soal “bisnis”, lomba,atau harga, maka saya pasti lebih senang punya KN yang punya lagu full ciblek atau full BT, tidak ada lagu KNnya sama sekali. Mengapa? Pasti, KN macam ini akan laku dengan harga tinggi di arena Papburi misalnya.
Bagaimana dengan Anda? Kalau Anda masih kacau seperti saya, maka Anda termasuk dalam “tren kacau” ala Solo, hehehehe.

Memilih KN berdasar tujuan
Berdasar paparan di atas, sampailah kita pada pertanyaan bagaimana memilih KN yang bagus? Nah untuk memilih KN, tentunya berdasar tujuan kita. Kalau kita pengin mencetak KN tren Jakarta, tidak perlu mencari KN type penyanyi (song type), cukup yang suaranya lantang dan panjang. Sedangkan untuk tren Jogja, kita perlu memilih KN tipe penyanyi. Apa itu KN tipe penyanyi dan non-penyanyi? Untuk masalah ini, kali lain akan saya bahas.

Memaster KN berdasar tujuan
Setelah kita memilih KN berdasar tujuan, maka kita perlu berbicara mengenai masteran untuk KN berdasar tujuan. Kalau kita pengin KN “tren Jakarta”, maka cukuplah KN dimaster dengan ciblek. Nggak perlu dimaster dengan beragam isian yang lagunya cenderung “nekak-nekuk” semacam lagu BT atau sanger. KN akan “gemrobyos bin berkeringat” untuk membawakan lagu BT.
Itulah mengapa KN yang dimaster suara-suara tekukan pendek tajam ala BT mudah “ngglender” kalau tidak ditempel masterannya terus-menerus. Sebenarnya isian KN itu tidak hilang, cuma KN malas membawakannya karena “berat” dan relatif tidak cocok dengan karakter suara dia.
KN dengan masteran nekak-nekuk ala BT, cenderung akan banyak “ngetem” (diam nggak bunyi) ketika ditrek bareng dengan banyak KN lain. Suara BT tidak cocok dibawakan oleh KN yang berada dalam kondisi sangat emosional seperti itu. Apalagi kalau KN itu berkarakter galak/ganas kepada KN lain, maka alih-alih menyelesaikan lagu BT, dia malah nabrak-nabrak sangkar mau mengejar musuh. “Keganasan” itu akan bertambah-tambah jika ditingkahi oleh suara teriakan suporter macam di arena lomba.
Pada saat KN “ngetem”, dia “merekam suara” yang menurut dia “aku banget”. Maka waspadalah setelah itu, kalau tidak lagi ditempel ketat dengan BT, apalagi umurnya masih muda, maka dia akan “kehilangan” suara BT-nya dan jadilah lagunya “ngglender” kembali ke suara “standar”.
Jika KN diisi dengan lagu yang “tidak berat” dan hanya berupa tonjolan-tonjolan tertentu (suara satu-satu ciblek, atau suara ciblek yang “ngebren” misalnya), maka dia akan fasih dalam membawakannya karena tidak harus mengeluarkan “lagu berat”. Dengan demikian, napas dia pun akan panjang dan tidak terpurtus-putus.
Kebalikan dari hal di atas, jika kita pengin punya KN “tren Jogja”, maka isilah dengan lagu non-KN. Apapun. Semakin unik, semakin tinggi nilainya. Beberapa waktu berselang, BT atau sanger menjadi isian favorit tren Jogja. Tetapi karena semuanya bergerak ke isian BT atau sanger, maka KN dengan isian BT atau sanger sudah menjadi “barang biasa”. Karena itulah, para pemain Jogja mulau mencari alternatif lagu isian yang lain. Apa itu? Ya, tentunya itu merupakan rahasia masing-masing pemain, yang akan segera ketahun dalam beberapa waktu mendatang di arena lomba.

Isian KN perpaduan Jogja-Jakarta
Sampailah kini kita mempertanyakan, lagu/ isian apakah yang cocok dimasterkan ke KN sehingga bisa masuk untuk “tren Jogja” maupun “tren Jakarta” untuk saat ini? Saya belum bisa menjawab pertanyaan itu karena saya “masih hunting” untuk mendapatkan jawabannya.
Ada sementara orang mengatakan bahwa lagu/suara Goldfinch (GF) sangat cocok untuk tujuan itu (untuk melihat gambar-gambar GF, bisa klik di sini). Alasannya, tekukan lagu GF terdengar indah tetapi tidak akan berat jika harus dibawakan KN dan karenanya KN pun bisa membawakannya dengan alunan tinggi-rendah dalam rentang waktu yang relatif panjang. Apakah benar demikian?
Pengaruh hormon seksual pada kicauan dan perilaku “over birahi” burung

Pengaruh hormon seksual pada kicauan dan perilaku “over birahi” burung

Selama ini, saya memendam sebuah pertanyaan yang selalu saya coba cari jawabnya, yakni apa hubungan antara tingkat birahi pada burung dengan tingkat “kegacoran” (frekuensi kicauan). Bentuk pertanyaan itu antara lain adalah, pertama, apakah semakin burung birahi, dia semakin gacor (rajin berkicau)? Pertanyaan kedua, apakah burung yang rajin berkicau berarti dia sedang birahi? Ketiga, apakah burung yang sama sekali tidak birahi berarti dia juga tidak mungkin berkicau sama sekali?

Pertanyaan-pertanyaan itu selalu mengganggu benak saya, sebab jika tingkat birahi berbanding lurus dengan tingkat kegacoran, maka burung yang tidak birahi tentulah tidak mungkin bisa gacor. Faktanya, banyak burung muda atau bahkan masih trotolan (yang secara biologis tidak mungkin dia sudah memasuki masa birahi) yang sangat gacor, tidak henti-hentinya berkicau, baik pagi, siang maupun sore hari.

Pertanyaan ini baru terjawab setelah saya membaca sebuah artikel di www.junglewalk.com. Dalam artikel berjudul A Concert of Bird, disebutkan bahwa kicau burung dapat dibagi menjadi 3 tipe, yakni nyanyian, siulan atau jeritan dan peniruan suara (singing, crying and voice imitating).

Ketika burung berkicau dalam artian “bernyanyi”, burung mengeluarkan suara bersuku kata banyak, melodius dan disuarakan secara terus-menerus. Bedanya “nyanyian” dengan tipe suara lainnya adalah bahwa nyanyian ini berada di bawah kontrol hormon seksual. Hal ini berbeda dengan suara siulan. Meski disuarakan secara terus-menerus dan juga melodius, siulan tidak berada di bawah kontrol hormon seksual. Kicauan dalam artian “bernyanyi” juga berbeda dengan apa yang disebut “peniruan suara” atau voice imitating.

Perbedaan lain antara “nyanyian” dan “siulan” adalah bahwa nyanyian disuarakan oleh burung berjenis kelamin jantan, sedangkan siulan disuarakan oleh burung baik jantan maupun betina.

Fungsi dari nyanyian burung jantan adalah sebagai suatu cara bagi burung untuk merayu pasangan, menandai dan mempertahankan wilayah mereka serta memperingatkan burung lain agar tidak masuk kawasan tersebut. Sedangkan fungsi siulan adalah alat berkomunikasi burung satu dengan lainnya, misalnya sebagai sebuah panggilan, pemberi peringatan akan datangnya bahaya, ekspresi keterkejutan, kesakitan dan juga ekspresi senang.

Kadang-kadang sangat sulit untuk membedakan antara siulan dan nyanyian. Namun secara umum bisa disebutkan bahwa siulan tidak dipengaruhi oleh perubahan musim dan perubahan kondisi hormonal, serta bisa disuarakan oleh semua burung, baik jantan maupun betina, tua ataupun muda.

Bagaimana halnya dengan apa yang disebut sebagai voice imitating? Dalam artikel A Concert of Bird itu tidak ada perincian tentang “peniruan suara” tersebut. Bahkan di sana hanya disebut bahwa “makna biologis dari peniruan suara hingga kini belum diketahui secara pasti”.

Meski demikian, dari poin-poin yang disebutkan dalam artikel tersebut, saya sendiri kemudian menyimpulkan bahwa:

1. Semakin birahi seekor burung, maka dia akan semakin sering bernyanyi (gacor atau rajin berkicau).

2. Meski tidak birahi, semakin senang burung pada situasi atau kondisi tertentu, maka dia akan semakin rajin berkicau (dalam konteks bersiul secara terus-menerus dan juga melodius).

Antara over birahi dan galak

Namun pertanyaan lainnya segera menyusul, yakni benarkah burung-burung yang selalu menabrak sangkar dan seakan mau melabrak ketika melihat burung lain disebut over birahi? Menurut saya, burung yang berpeilaku demikian itu tidak bisa disebut over birahi. Burung ini hanyalah ingin menunjukkan bahwa dia tidak mau ada burung lain berada di sekitarnya yang tentunya dia anggap sebagai wilayah teritorinya.

Dengan demikian, usaha mengurangi ekstra fooding dan makanan lainnya untuk mengurangi “over birahi” yang seperti itu tidak akan pernah membawa hasil. Kalau dipaksakan, burung akan terlihat sakit, lemah tak bertenaga. Lantas, apa yang harus dilakukan jikia burung kita terlihat ganas dan garang atau galak terhadap burung lain? Menurut saya, hal yang perlu dilakukan adalah “menanamkan sikap toleran” pada burung itu atas keberadaan burung lain di sekitarnya.

Bagaimana caranya? Yah, caranya dengan mempertemukan burung tersebut dengan burung lain dalam jangka waktu tertentu. Dengan cara ini diharapkan masing-masing burung tidak akan memperlihatkan sikap ganas atau galaknya kepada burung lain yang ada di sekitarnya. Jika sikap toleran sudah terbentuk, barulah bisa diharapkan mereka hanya bersaing memperdengarkan suara atau nyanyian untuk menunjukkan siapa yang paling berkuasa di wilayah tersebut.

Dalam konteks apa yang saya sebutkan di atas itulah kita bisa memahami perlunya cas (charge) pada sesama anis merah (AM) sebelum digantangkan di arena lomba. Tanpa adanya upaya pemaksaan agar burung kita bertelorenasi dengan burung lainnya di arena lomba dengan cara cas sebelumnya, tidak mengherankan kalau anis merah kita hanya naik-turun tangkringan ingin mengejar musuh ketika digantang bersama anis merah lainnya.

Apakah penanaman sikap toleran itu hanya berlalu ketika burung akan digantang di arena lomba? Tentu saja tidak. Penanaman sikap toleran perlu dilakukan juga di rumah, khususnya untuk burung-burung yang terlalu sering bersikap galak dan ganas jika melihat burung lain. Latihlah untuk sering bertemu dengan burung lain, maka dia akan belajar untuk bertoleransi.

Meski demikian harus disadari, ada burung-burung tertentu yang pembawaannya sangat galak atau ganas dan tidak pernah mau bertoleransi meski sudah berkali-kali kita sandingkan dengan burung lain. Jika segala upaya sudah dilakukan namun tidak membawa hasil, maka kita harus menyadari pula bahwa sebagaimana halnya manusia, ada burung dengan sifat dan karakter tertentu yang tidak bisa diubah atau sulit diubah dengan cara apapun.
Cegah agar burung tidak lepas dan cara menangkapnya

Cegah agar burung tidak lepas dan cara menangkapnya

Burung lepas, sepertinya ini adalah masalah klasik dalam perkicauan. Bagaimana mencegah dan mencoba menangkap lagi burung yang lepas? Berikut ini saya turunkan tulisan (dan sudah saya update) yang pernah saya buat untuk mypetzone (almarhum) dan milis kicaumania.

PENCEGAHAN

Untuk mencegah burung lepas, tentunya kita harus menginventarisasi dulu penyebab burung lepas, baru kemudian melakukan pencegahan. Penyebab burung lepas antara lain adalah:

A. Faktor cantelan, gantungan dan kerangka serta jeruji sangkar

1. Sangkar jatuh dan pecah karena cantelannya lepas/jebol. Pencegahan: Perhatikan cantelan sangkar. Periksa apakah mur/bautnya benar2 sudah kencang. Selalu cek, setiap hari sebab kalau mur/baut kendor, maka ketika ketiup angin, sangkar bergerak-gerak, goyang, memutar, maka sangkar bisa lepas dari cantelannya….Blam… burung lepas…..

2. Sangkar jatuh dan pecah karena gantungan pada gantangan yang kita pakai sudah tidak kuat menahan beban karena dudukannya lapuk dan sebagainya.

Pencegahan, kalau menggunakan paku, apa benar pakunya nancap kencang; tidak karatan; tidak aus. Perhatikan dudukan gantungan; kalau kayu, bambu dan sebagainya, apa tidak lapuk; tidak keropos dsb.

3. Sangkar jatuh dan pecah karena uliran (mur dan baut) cantelan memutar sedikit demi sedikit tanpa kita sadari dan pada akhirnya mur terpisah dari baut.

Pencegahan, cek selalu kondisi mur dan baut apakah sudah kencang. Usahakan diberi ring antara sangkar dan mur yang berfungsi sebagai penekan agar mur / baut tidak memutar sendiri.

4. Sangkar jatuh dan pecah karena ketika mencantelkan atau menurunkannya menggunakan alat bantu tongkat yang tidak kuat/kokoh sehingga ketika kita mengangkat atau perlahan menurunkannya, beban sangkar tidak seimbang. Akibatnya, sangkar memuntir, terlepas dari kaitan dan jatuh.

Pencegahan, usahakan menggantungkan sangkar dengan menyantelkannya langsung pakai tangan. Kalau tempatnya tinggi, gunakan alat bantu kursi yang kokoh berdiri. Kalau terpaksa memakai tongkat yang berpaku/berkawat melengkung maka perhatikan keseimbangan beban sangkar; juga kekuatan sangkar. Jika tidak seimbang berisiko sangkar memutar saat diangkat atau diturunkan. Jika kerangka sangkar tidak kuat, juga berisiko patah dan sangkar jatuh berdebam…

5. Sangkar jatuh dan pecah karena ketika menggantangkan tidak dilihat secara cermat apakah lengkungan cantelan sudah tepat masuk ke lengkungan gantungan. Kadang cantelan hanya menumpang di ujung gantungan. Ketika ketiup angin atau burung bergerak-gerak, sangkar bergeser dan jatuh berdebam.

Pencegahan, begitu selesai menggantungkan, tengok kembali ketepatan posisi cantelan dan gantungan.

6. Sangkar jatuh dan jebol karena kerangkanya patah ketika sangkar dicantelakan di paku dalam posisi mepet tembok; atau sangkar melorot karena paku tidak menancap kuat di tembok.

Pencegahan, periksa kekuatan kerangka sangkar dan periksa dudukan paku. (Saran saya, jangan mencantelkan sangkar dengan posisi seperti ini, karena rawan semut, cicak dll, selain juga paku yang menonjol ke dalam sangkar berbahaya bagi burung di dalamnya).

7. Kerangka sangkar atau jeruji sangkar patah hanya karena didesak-desak atau dipatuk-patuk burung; atau mungkin juga karena digerogoti tikus.

Pencegahan, cek selalu kondisi keseluruhan sangkar dan jaga tetap kuat-kokoh. Meski sangkar baru, selalu cek setelah kita menurunkan dari gantungan dan membuka kerodongnya (kalau dikerodong), siapa tahu semalam digerogoti tikus dan karenanya jeruji patah-patah dan mudah diterobos burung.

B. Faktor pintu sangkar

1. Pintu tidak bisa menutup otomatis. Akibatnya, ketika kita membukanya untuk mengganti air dan sebagainya, dan lupa segera menutupnya, burung melesat keluar.

Pencegahan: Buat pintu sangkar dengan engsel (kebanyakan model gesekan naik turun) yang selicin mungkin. Dengan demikian, meskipun pintu tidak diberi beban (kalau diberi, lebih bagus), dia akan otomatis geser ke bawah; nutup. Pintu juga perlu diberi kancingan sehingga tidak berisiko terbuka saat kita membuka/mengangkat kerodong.

2. Pintu relatif lebar. Pintu yang relatif lebar sering menyebabkan ketika kita memasukkan tangan untuk mengganti pakan dsb, atau mencoba menangkap burung; tahu-tahu burung menelusup lewat atas, bawah atau samping lengan, dan beeerrrrr lepas.

Pencegahan: Pintu yang lebar memang bagus karena memudahkan kita untuk membersihkannya dan sebagainya. Jadi pencegahan untuk hal ini adalah mengusahakan tidak memberi/mengganti makan-minum secara langsung ketika burung masih di sangkar. Usahakan burung sudah dipindah ke karamba atau ke sangkar lain. Kalau terpaksa, maka lakukan itu di ruang tertutup atau usahakan tangan kiri (kanan) menjaga pintu bagian bawah yang terbuka ketika tangan kanan (kiri) masuk sangkar. Hal ini terutama perlu diperhatkkan untuk sangkar2 model bulat dimana bukaan pintu relatif panjang sampai di dekat dasar sangkar dan sangat rawan diterobos burung.

C. Faktor dasar sangkar

Penutup bagian bawah sangkar (baik jeruji maupun papan/seng dsb) melorot ketika sangkar diangkat miring.
Pencegahan usahakan penutup sangkar bagian bawah bisa dikancingkan (dan selalu dalam posisi terkancing seusai sangkar dibersihkan dll), sehingga kalau sangkar dalam kondisi miring, penutup tersebut tidak melorot/membuka sendiri.

D. Faktor kerodong

Kerodong bisa menyebabkan burung lepas ketika kita angkat dan menyangkut di pintu sangkar yang licin. Pencegahan, pastikan pintu sangkar sudah dikancing dengan kaitan kawat atau cara yang lainnya.

E. Faktor karamba

1. Kerangka atau jeruji karamba rapuh sehingga pecah ketika ditabrak burung.

2. Pintu karamba tidak bisa melorot sendiri begitu kita lepaskan atau masih terlalu seret sehingga perlu ditekan. Kalau kita lupa menekannya, ya burung bisa-bisa lepas. Pencegahan, sama seperti sangkar, usahakan tutup karamba bisa licin dan menutup sendiri (kalau perlu juga diberi pemberat).

F. Faktor kesalahan manusia (human error/kelalaian dan kecerobohan)

1. Meletakkan sangkar di sembarang tempat ketika kita akan atau seusai merawat burung. Perilaku ini mengundang risiko sangkar didekati kucing, ayam atau binatang lain yang tertarik kepada burung atau pakan burung di dalamnya. Ketika dilabrak, sangkar bisa terguling; pecah atau pintunya membuka dan burung terbang.

2. Menggantangkan atau menurunkan sangkar hanya dengan satu tangan. Biasanya, kita hanya mengandalkan telunjuk untuk menahan beban sangkar sementara salah satu kaki sangkar kita tumpukan ke pangkal ibu jari dibantu tumpuan tiga jari lainnya. Ha ini berisiko sangkar jatuh karena dalam kondisi kita jinjit dan berkonsentrasi memasukkan cantelan ke gantungan, keseimbangan badan terabaikan dan kita mudah tersungkur. Kalau pada saat itu cantelan belum masuk ke gantungan, biasanya sangkar langsung terjungkal ke depan. Byaaar… dan burung lepas atau minimal stres setelah kelabakan….

3. Membawa burung dengan motor hanya dengan cara dicangking pada bagian cantelannya. Ini berisiko cantelan jebol karena beban yang terjadi saat itu bukan semata-mata berat sangkar dan burung, tetapi juga faktor tiupan angin. Selain itu, membawa burung dengan cara ini berisiko mengganggu pengguna jalan lain yang bisa-bisa tersenggol sangkar dan sangkar pecah atau jatuh bedebam….

Usahakan membawa sangkar burung dengan cara dibuatkan tali model ransel dan sangkar aman menempel di punggung kita. Membawa sangkar dengan cara meletakkannya di jok motor dan menalikannya langsung dengan sepeda motor, berisiko membuat burung stres karena getaran motor langsung merambat ke sangkar. Hal ini lebih berisiko ketika kita melewati jalanan berlubang. Sementara kalau kita bawa model ransel, maka getaran motor atau geronjalan jalan berlobang teredam oleh tubuh kita.

4. Kurang rapat ketika mendekatkan sangkar dengan karamba ketika akan memindah burung dari sangkar ke karamba atau sebaliknya. Sela antara karamba dan sangkar rawan diterobos burung, terutama burung yang semi liar. (BTW, inilah kejadian yang belum lama ini saya alami dan beruntung si burung bisa ketangkap lagi).

Pencegahan, pastikan sangkar dan karamba benar-benar menempel sebelum kita berbarengan membuka pintu sangkar dan karamba untuk pemindahan burung.

5. Salah posisi ketika memegang burung. Salah posisi dalam memegang burung bisa menyebabkan burung mudah lepas, terutama kalau kita hanya memegang erat pada tubuh sementara bagian leher tidak kita posisikan terjepit di antara jari tangan. Seerat apapun kita memegang burung, tanpa sadar kita tetap akan memberi toleransi kerenggangan karena takut burung tergencet. Nah dalam kondisi ini, burung mudah lepas kalau tiba-tiba burung berontak atau kebetulan bulu-bulunya rontok dan tahu-tahu …plusut… bleber… burung terbang.

Faktor lainnya:
Mohon ditambahi berdasarkan pengalaman kawan-kawan untuk melengkapi tulisan ini sehingga bisa menjadi referensi kita semua, terutama para penghobi baru…

MENANGKAP BURUNG LEPAS
Sedia payung sebelum hujan. Itulah hal yang perlu kita lakukan sebagai penghobi burung berkaitan dengan masalah tangkap menangkap burung lepas.

Hal yang perlu Anda miliki atau selalu siap digunakan adalah:

1. Sangkar pemikat. Cara mengoperasikannya mudah dan selama 2 tahunan kawan itu memiliki sangkar pemikat, sudah lebih dari 15 burung lepas, baik milik sendiri atau milik orang lain, yang kena tangkap kembali dengan sangkar pemikat itu. Untuk modelnya, mungkin banyak ragamnya selain model yang dimiliki kawan Solo itu.

Kalau tidak ada sangkar pemikat, ya sangkar kotak biasa saja yang dikonstruksi sedemikian rupa sehingga kalau burung masuk, bisa menutup sendiri (ini yang selalu saya siapkan, dan beberapa hari yang lalu sukses untuk menangkap kembali kacer poci yang lepas).

2. Semprotan cadangan (yang biasa kita gunakan untuk memandikan burung) yang didalamnya sudah terisi air dan shampo (berfungsi melengketkan bulu burung yang kita semprot), dan tinggal mengocoknya ketika mau digunakan.

3. Getah bendo (biasanya tersedia di kios burung yang komplit; atau juga di pasar2 burung) yang sudah dileletkan ke sebatang lidi/bambu kecil (yang selalu siap operasional).

4. Tongkat ringan dua meteran sebanyak 2-3 batang yang bisa disambung2 secara mudah dan cepat.

5. Selain itu, jangan sampai kita kehabisan stok EF, utamanya jangkrik karena akan sangat bermanfaat untuk memancing lagi burung yang doyan jangkrik yang lepas.

6. Suara masteran burung-burung yang Anda miliki.

LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL:

1. Jangan panik ketika burung lepas. Perhatikan sekilas model terbangnya. Kalau terbang rendah terus, segera sambar semprotan yang berisi air dan shampoo, kocok segera dan dekati burung sembari menyemprot2kan air shampo ke arah burung. Biasanya burung loncat menghindar; kejar perlahan dan jaga jangan membuat kejutan untuk burung. Semprot2 lagi; burung menghindar; semprot2 lagi. Dan ketika air shampo mulai meresap ke bulu, biasanya burung sudah tidak kuat terbang lagi karena bulu2nya lengket. Tangkap dan mandikan segera.

Cara itu biasanya efektif untuk burung2 yang relatif jinak.

2. Kalau burung tidak langsung terbang menghilang ketika lepas, tetapi nangkring di tempat yang relatif tinggi dan tidak mungkin dijangkau semprotan, maka teriaklah untuk panggil bantuan (entah isteri, anak, tetangga dan sebagainya). Minta kepada mereka untuk mengawasi ke arah mana kalau2 burung terbang. Masih tetap siap dengan semprotan air shampho, segera Anda ambil tongkat dan sambung2kan setinggi tempat burung bertengger. Ikatkan lidi yang sudah dileleti penuh getah bendo. Kalau burung yang lepas doyan jangkrik, tusukkan jangkrik di bagian ujung. Sorongkan perlahan tongkat berlidi-getah ke arah burung; dan kalau bisa ambil arah belakang. Tempelkan lidi bergetah ke burung. Tes, kena…. Kalau burung bergerak turun, fungsikan semprotan air shampo.

3. Kalau burung terlalu tinggi dan tak terjangkau tongkat, segera Anda putar masteran burung Anda sesuai dengan suara burung yang lepas. Ini berfungsi untuk memancing agar burung tidak terbang menjauh dari rumah Anda.

Kalau Anda punya burung sejenis dengan burung yang lepas, segera gantangkan di tempat terbuka. Ini juga berfungsi untuk menahan agar burung yang lepas tidak terbang menjauh dari lingkungan Anda. Kalau burung yang lepas adalah burung fighter (MB, kacer dsb), maka si burung yang lepas biasanya segera menukik dan menghampiri sangkar burung yang sejenis dengannya itu. Kalau ini yang terjadi, ya gunakan semprotan air.

Kalau tidak mau turun, coba saat itu juga tebari sedikit halaman Anda dengan jangkrik kalau burung yang lepas pemakan jangkrik; jagung muda atau milet dsb, kalau yang lepas adalah LM, kenari dan pemakan biji lainnya (untuk kenari, kalau lepas biasanya aman2 saja karena jarang terbang tinggi atau menjauh dari tempat dia selama ini tinggal). Hal itu juga untuk menahan agar burung tidak terbang jauh. Khusus untuk LB, paling efektif adalah dipancing dengan LB lain supaya tidak terbang menjauh.

4. Dalam hal Anda tidak punya suara masteran atau burung sejenis dengan yang lepas, dan si burung berada di tempat yang tak mungkin dijangkau tongkat atau semprotan, fungsikan segera kandang pemikat atau kandang biasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga bisa digunakan untuk memikat.

Hal inilah yang saya lakukan ketika saya menangkap kacer yang lepas beberapa hari lalu. Kacer lepas karena saya ceroboh ketika mencoba memindahkannya ke karamba. Jarak antara sangkar dan karamba tidak rapat sehingga masih bisa diterobos kacer. Saya sudah merelakannya ketika semua usaha sudah saya lakukan tetapi kacer menghilang setelah terbang dari satu pohon ke pohon lain (di dahan atas pohon melinjo dan mangga yang tinggi2).

Yang saya lakukan saat itu adalah tetap menempatkan kandang kacer di tempat terbuka. Kacer lepas sekitar pukul 8 pagi. Sekitar pukul 11.00 an saya mendengar dencing suara kacer. Saya lihat kacer terbang2 di dahan di seputaran sangkarnya. Saat itu juga saya tebar 3 ekor jangkrik yang sudah saya hilangkan kaki belakangnya. Tujuan saya adalah agar kacer tertarik dan tidak terbang menjauh. Segera saya sambar sangkar dan saya turunkan. Saya teriak minta anak saya mengambilkan benang dan jangkrik. Maka sangkar jebakan pun saya rangkai secara sederhana, yakni, jangkrik saya tali dengan benang di tubuhnya. Posisi saya gantungkan di tengah sangkar. Benang sisanya sepanjang sekitar 75 cm saya lingkarkan ke arah bawah sangkar, memutar, sampai bagian bawah pintu sangkar. Ujung benang itu saya talikan ke lidi seukuran tinggi pintu sangkar. Lidi itu saya fungsikan sebagai penopang pintu sangkar agar tetap membuka penuh. Perkiraan saya, begitu kacer masuk dan menarik jangkrik, maka otomatis benang ketarik dan lidi jatuh. Otomatis pintu menutup. Pada saat itu, saya lihat kacer menari-nari sambil berkicau sembari melotot ke arah jangkrik-jangkrik yang saya tebar di tanah. Sangkarpun segera saya gantungkan dengan pintu yang terbuka menghadap ke kacer berada. Jangkrik di tanah segera saya punguti. Maka perhatian kacer pun segera tertuju ke jangkrik di dalam sangkar.

“Ayo nyingkir ben kacere ora wedi (ayo menyingkir agar kacernya tidak takut),” kata saya mengajak anak saya segera beranjak menjauh. Belum lagi saya berbalik penuh karena tubuh masih membungkuk setelah mengambili jangkrik di tanah, saya dengar suara “klek… brak”. Yaaaa…. kacer sudah masuk ke tempatnya. Meledaklah tawa saya dan anak saya berbarengan…..

Pengalaman manis lain:

Suatu ketika di masa lampau, bel HP saya berdering. “Cak, Atlas ucul,” kata Om Reggy (kawan KM juga nih, tetapi sudah jarang nongol) di sebarang sana mengabarkan MB-nya yang bernama Atlas lepas. Kabar itu bernuansa putus asa, sebab Atlas sudah terbang jauh dan suaranya pun, menurut Om Reggy, sudah tidak kedengaran lagi.

“Coba Lion King (MB lain milik Om Reggy) dikeluarkan dari rumah, biar nggacor di halaman,” kata saya berlagak tenang, padahal dag-dig-dug juga khawatir Alltas benar-benar bablas karena MB itu dulu sempat jadi momongan saya setelah mendapat juara 6 di Lomba Kicau Batik di Pekalongan.

Segera Om Reggy menutup telepon sesaat setelah mendengar “bla-bla-bla” saya tentang tips bagaimana menangkap Atlas yang lepas.
Tidak ada setengah jam kemudian, terdengar suara nyaring khas orang Menado yang besar di Surabaya, ”Hahaha…. wis kecekel.”
Meluncurlah kemudian cerita bagaimana Atlas tertangkap. Singkat cerita, begitu Lion King nggacor di halaman rumah. Terdengar kemudian tembakan2 Atlas. Si bungsu Pak Reggy (kalau saya tidak salah mengingat cerita), begitu melihat Atlas datang berputar-putar di sekeliling sangkar Lion King, langsung iseng membuka pintu sangkar Lion King tanpa memikirkan risiko justru Lion King-nya ikut lepas. Yang terjadi memang sebaliknya, Atlas langsung nglabrak masuk ke sangkar Lion King. Sebelum kejadian duel fisik MB terjadi, Atlas dipegang dan dimasukkan ke sangkarnya sendiri. Nah…..

Pengalaman manis lain:

Sepasang AK tangkaran milik kawan Solo lepas. Sukses saya tangkap satu per satu dengan cara sarana semprotan air shampo.
Silakan kawan2 sharing, bagaimana menangkap burung yang lepas….

Pengalaman pahit:

1. Hwa mei……… langsung kabur terbang tinggi begitu lepas setelah tutup bawah sangkar melorot….
2. LB… langsung kabur terbang menjauh begitu sukses menggerogoti sangkar kawat kecil…. Belakangan ketangkap tetangga dan bablas dibeli pedagang burung di pasar….
3. Cucak ijo…. terbang tinggi setelah sebelumnya hanya terbang dari dahan ke dahan di pohon dekat rumah. Hal itu disebabkan sejumlah tetangga yang maunya membantu nguber, malah membuat CI ketakutan.
4. 5 Pasang CR bablas setelah kandangnya roboh terhembus puting beliung di Boyolali. Satu ekor lainnya, tewas tertimpa genting. Bersamaan dengan itu, tewas juga 3 jalak suren dan lepas 3 ekor lainnya (sayangnya, saya tidak sempat ikut membantu mencoba menangkap karena sedang berada di luar kota).

CARA KERJA SANGKAR PEMIKAT:

Keterangan:

Kandang atau sangkar pemikat

A. Cantelan (di gambar tidak terlihat bahwa cantelan itu panjang ke atas dan melengkung di ujungnya seperti cantelan pada umumnya).
B. Daun pintu perangkap (terdapat dua buah, kanan kiri) yang di bagian dekat poros diberi per sehingga jika tidak diberi penyangga, langsung menutup.
C. Kawat jari-jari sepeda yang berfungsi menyangga/menekan daun pintu perangkap dan ujung bawahnya masuk (dalam posisi longgar) sekitar 3 mm di dalam kerangka jari-jari penjebak.
D. Kerangka jari-jari penjebak
E. Tempat umpan
F. As terbuat dari kawat memanjang sebagai poros dari pintu jebakan.
G. Mulai dari titik itu ke bawah, sebenarnya sama dengan sangkar pada umumnya; terdapat pintu untuk keluar-masuk burung pemikat (tidak mutlak ada).

Jadi sangkar ini terdiri dari dua bagian besar. Pertama, di bagian bawah dibuat seperti sangkar pada umumnya. Kedua, di bagian atas, adalah sangkar perangkap.

Prinsip kerja:

1. Burung pemikat dimasukkan ke sangkar bagian bawah. Tetapi hal ini tidak mutlak kalau yang mau dipikat adalah burung rumahan sebab burung ini sudah akan tertarik dengan sangkar yang di dalamnya ada makanan kesukaannya.
2. Wadah umpan diberi makanan kesukaan burung yang akan dipikat.
3. Buka satu per satu pintu perangkap dan jaga agar tegak berdiri dengan mengaitkan kawat jari sepeda ke kerangka jari-jari penjebak.
4. Cantelkan.sangkar di tempat yang kemungkinan dihinggapi burung yang akan dipikat.
5. Jika burung bertengger di kerangka sangkar bagian atas ataupun pintu, maka begitu melihat umpan dia akan terjun/menyambah ke bawah. Begitu burung menyentuh kerangka jari-jari penjebak ataupun jari-jari penjebaknya, maka secara otomatis salah satu daun pintu tempat burung tadi masuk, akan menutup. Maka burung telah terpikat.
Bagaimana menjadikan bulu burung berkilau?

Bagaimana menjadikan bulu burung berkilau?

Problem bulu burung yang kusut atau keriting memang menjengkelkan. Om Buchori misalnya pernah bertanya tentang tips agar burungnya bisa tampil mengkilap.

Hal utama penyebab bulu kusam pada burung adalah kurangnya minyak/lemak di “muara” kelenjar lemak yang terletak di atas pantat burung. Untuk “menambahnya” beri minyak ikan, dengan cara disuntikkan ke jangkrik dan berikan ke burung.

Tetapi, kadang kala, kusamnya bulu burung bukan karena lemaknya kurang, tetapi lubang kelenjar minyak tertutup kotoran yang mengering ataupun bekas luka yang mengering.

Jika demikian, kita pegang saja burung dan dicek kelenjar minyak di atas pantat burung. Pencet lembut saja bagian itu dan rasakan apakah ada minyak di tangan kita. Kalau tidak ada, berarti ada kotoran yang menutup (sebab meskipun kandungan minyak cuma sedikit, minyak tetap keluar dan terasa di tangan kita).

Selain karena kurangnya lemak, bisa jadi bulu telanjur rusak karena:

1. Burung masih dalam keadaan basah, langsung dijemur (membuat bulu keriting dan karenanya terlihat kusam).

2. Pernah disemprot larutan anti kutu ataupun larutan (yang sebenarnya bertujuan) untuk membuat bulu mengkilap (yang kalau dihentikan dari pemakaian rutin, bulu malah rusak). Pada larutan anti kutu biasanya dicampurkan ke dalamnya suatu zat untuk menghilangkan/merusak lapisan lilin pada bulu burung. Gunanya memang agar larutan bisa menempel pada bulu. Tetapi efeknya, bulu jadi kehilangan pelindung (seperti daun talas atau daun pisang yang kehilangan zat lilin: mudah basah).

Oleh karena itu Anda harus memastikan bahwa obat antikutu yang Anda pakai tidak mengandung zat peluruh zat tanduk atau zat lilin pada bulu burung. Untuk itu saya rekomendasikan untuk penggunaan FreshAves, obat kutu tanpa peluruh zat lilin pada bulu burung.

3. Ketika mabung, burung kekurangan lemak sehingga meskipun saat ini produksi lemak di kelenjar lemak banyak, sudah tidak bisa menolong kondisi bulu yang telanjur rusak. Untuk itu, ada baiknya selama burung mabung Anda memastikan kecukupan vitamin dan mineral dengan BirdMolt, atau minimal dengan pemberian BirdVit untuk rawatan harian.

Dengan meneliti kondisi satu-persatu hal di atas, Anda akan bisa menyimpulkan mengapa burung Anda bulunya kusam dan bagaimana mengatasinya. Kalau memang sudah telanjur rusak dan bukan karena kelenjar lemak tertutup atau produksi lemak sedikit, maka tidak akan bisa pulih kecuali setelah melewati masa mabung yang dirawat dengan benar.

Cara penjodohan anis merah ala Padepokan Gamprit

Berikut ini adalah salah satu artikel rangkaian artikel kiriman Wak Haji Padepokan Gamprit. Sangat bermanfaat sebagai panduan dasar penangkaran anis merah, khususnya sesi penjodohan. Oke, simak saja.

1.

Wak Haji Padepokan Gamprit

Pilih indukan jantan yang sudah gacor dan sudah siap ditangkarkan (sebaiknya usia > 2 thn).
2. Siapkan indukan betina yang sudah siap dan lebih bagus yang sudah pernah bertelur. Salah satu indikator burung siap diternak adalah sering ngleper dan mencuit seperti memanggil-manggil.
3. Siapkan kandang dengan perlengkapan yang diperlukan (bahan sarang letakkan di dasar kandang, kemudian jangan lupa tempat makanan kesukaannya yaitu cacing. Mohon maaf tidak dibahas satu-persatu karena diasumsikan sudah memahami masalah beternak dan bisa dibaca di artikel dengan kategori Penangkaran di OmKicau.Com maupun di kicaumania.org)
4. Untuk memulai penjodohan bisa dimulai dengan membuat kandang penjodohan bisa dengan kandang kotak yang tengahnya ada sekatnya (banyak di jual di pasaran) lihat video di sini: Video Penjodohan Anis Merah Om Arkum.
5. Tahap awal adalah siapkan tempat sarang untuk bertelur di salah satu sudut kandang.
6. Letakkan bahan sarang dari bahan cemara ditambah sedikit bahan dari sabut kelapa yang diletakkan di dasar kandang . Tujuan pemberian bahan kandang di dasar kandang selain untuk bahan sarang burung adalah juga untuk memancing naluri burung agar mau dijodohkan.
7. Sekat kandang menjadi 2 bagian dengan masing-masing bagian dilengkapi dengan tempat cacing dan makanan lainnya.
8. Masukkan indukan jantan ke tempat yang ada sarangnya dan masukkan induk betina ke yang tidak ada tempat sarang. Pertanyaannya kenapa bukan yang betina yang diberikan sarang untuk tempat bertelur? Jawabnya adalah: tempat sarang dan bahan sarang akan dimanfaatkan si jantan untuk memancing betina agar mau dirayu. Jika jantan sudah siap, maka si jantan akan merayu si betina untuk kawin salah satu caranya adalah dengan mengangkut sarang untuk bertelur. Dan bila si jantan cukup aktif, potensi jodohnya akan semakin besar dan menunjukkan si jantan sangat siap berproduksi.
9. Pada hari pertama sediakan EF yang cukup (terutama jangkrik/cacing) dan lebih dari porsinya, misalnya biasanya pemberian EF biasanya pagi 3 sore 3, maka lipatkan menjadi pagi 10 sore 10 , hal ini dilakukan untuk manikkan birahi kedua indukan.
10. Bila si jantan sudah senang memainkan jangkrik / cacing di mulutnya tanda birahi, maka lakukan hal berikut:
* Berikan EF di kandang jantan dengan porsi lebih banyak.
* Untuk betinanya cukup diberikan voer saja, hal ini dimaksudkan jika betina lapar dia akan minta disuapi oleh si jantan yang berlimpah EF-nya.
* Jika skenario ini berhasil dan jantan sudah sering menyuapi betinanya, itu pertanda mulai mau jodoh, namun jangan terburu-buru disatukan, hal ini mengingat karakter AM yang cukup agresif bila digabungkan dan sering berantem.
* Jika point C berhasil, perhatikan sampai hari ke tiga atau lebih, apakah jantan secara konsisten memberikan makanannya ke betinanya. Jika Ya, maka bisa mulai dicampur tetatpi tetap harus dipantau agar tidak berkelahi. AM akan berpotensi berkelahi ketika berebut makanan, dan hal ini bisa terjadi meskipun pada awalnya keduanya sudah tidak berkelahi.
* Jika point B tidak berhasil maka berarti penjodohan akan semakin lama .. dan sabar adalah kunci utamanya serta silahkan berimprovisasi untuk mencari jalan lainnya.
11. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penjodohan AM adalah bahwa ”meskipun AM sudah terlihat saling suap dan awalnya tidak berantem, namun ketika pindah ke tempat breeding / kandang lain akan tetap berpotensi berantem, karena masing-masing AM menurut saya sangat protektif. Hal ini susah dijelaskan dan butuh penjabaran yang lebih panjang, untuk itu tidak diulas di sini.
12. Jika AM sudah jodoh, usahakan EF selalu tersedia dalam kandang, dan yang menurut saya paling bagus EF-nya adalah cacing dan jangkring. Bila diperlukan biarkan jangkrik dalam keadaan hidup dan utuh di dalam kandang.

Proses Penjodohan Anis Merah Padepokan Gamprit

Pasangan Anis Merah yang sudah jodoh

Tambahan:

1. Untuk mencampurkan indukan sebaiknya dilakukan hari libur (Sabtu/ Minggu) dengan pemikiran kita bisa memantau kondisi burung bila belum berjodoh dan burung berkelahi.
2. Jangan lupa siapkan alat penyemprot yang sudah diisi air (seperti alat semprot yang biasa untuk menyemprot memandikan burung).
3. Bila terjadi perkelahian semprot si jantan dengan semprotan yang sudah kita sediakan sampai kuyup. Lakukan hal ini bila terjadi lagi. Biasanya betina akan lebih galak dari pada jantannya dan akan selalu mengejar-ngejar si jantan bahkan bila perlu membunuh si jantan. Bila hal ini terjadi jangan heran bila kemudian anda menemukan si betina AM akan rajin teler layaknya si jantan namun dengan suara yang ngempos.

Trik ini tidak dapat menjadi acuan baku dan butuh kreativitas dan kesabaran, namun trik ini juga sudah teruji untuk mejodohkan Anis Merah di Padepokan Gamprit.

—–

Oke. Untuk Anda yang masih belum pede untuk segera menangkar dan ingin kontak Wak Haji Padepokan Gamprit, bisalah kenalan via facebook di alamat ini: http://www.facebook.com/ari.suprawadi

Atau berikut ini singkat cerita tentang beliau:

Nama : H. Ari Suprawadi S.Kom.

Nama alias : arkum2x

Email: arkum2x@yahoo.com

Alamat : Jl. Masjid Al-Ikhlas No. 23A Rt.003/01 Kampung Bojong Tua Jatimakmur Pondok Gede, Bekasi 17413

Alamat Alias : Padepokan Gamprit

Tledekan yang berbakat/mudah nyeklek


Satu tips kecil untuk mencari tledekan (TL) yang mudah disetting untuk nyeklek:
Terlepas dari mudah nyeklek atau tidak, mutlak sebenarya mencari TL yang volumenya tembus/keras, terutama kalau untuk lomba.
Sedangkan untuk pemilihan secara umum, setelah volume, cari TL yang kalau “main” tidak buka ekor, tetapi hanya nembak dan jengkat jengkit atas bawah.
TL yang tidak buka ekor, relatif mudah settingannya agar ngerol nyeklek ketimbang yang ekor buka.

Tips lain dari Totok Mulyo Motor (Solo) yang punya TL jawara di sejumlah lomba:
1. Main embun (keluarkan dari rumah mulai jam 03.30 dini hari).
2. Main (dicas) cewean (meski kontroversial, sangat berhasil untuk TL Om Totok).

Semoga bermanfaat.
FUNGSI KERONDONG

FUNGSI KERONDONG

Bagi penghobiest, pengerodongan burung, khususnya burung untuk lomba atau sekedar untuk klangenan dilakukan dengan berhati-hati dalam pengerodongan.

Krodong tidak saya berfungsi sebagai pemanis sangkar, namun juga mempunyai banyak manfaat bagi burung peliharaan kita, baik untuk kondisi di rumah maupun untuk lomba.

Fungsi dan Manfaat Kerodong bagi burung antara lain :
1. Mencegah gigitan nyamuk, dan Masuknya Seranga. Untuk jenis burung Finch seperti Kenari,BT,Sanger dll. Gigitan nyamuk dapat menyebabkan radang pembengkakan bahkan kematian. Sedangkan untuk burung Pentet, Kacer dan MB yang di alam memakan serangga, maka penggunaan kerodong dapat menghindarkan burung memakan serangga berbahaya.

2. Memberi kenyamanan pada burung dimalam hari agar dapat beristirahat/tidur dgn tenang.
3. Melindungi burung dari hembusan angin yg agak kencang.
4. Utk kenyamanan dalam perjalanan ketika burung tsb kita bawa ketempat lain.
5. Utk memberi kehangatan & kenyamanan waktu burung tsb ngurak/mabung( juga supaya bulu2 yg rontok gak berterbangan bertebaran).
6. Utk mencegah burung berhadapan langsung terus menerus dgn burung sejenis lainnya( dikhawatirkan jika burung berhadapan terus menerus nantinya burung tsb akan gembos atau salah satu akan kalah mental).
7. Memperindah Kandang, jika krodong yang digunakan bercorak dan berbahan Indah tentunya akan menambah keindahan sangkar yang di gantungkan di dalam rumah.
Hal Penting dalam Pemilihan Kerodong adalah :
1. Pilih kerodong yang pas buat kandang burung, yang bahannya tidak berkibar (berumbai) untuk mencegah tersangkutnya rumbai tersebut tersangkut di tempat pakan atau minuman, juga mencegah rumbai tersebut menyangkut di pintu kandang yang memungkinkan burung lepas.
Pemilihan krodong dapat dengan memperhatikan beberapa kondisi, seperti :
1. Cuaca, jika musim panas gunakan krodong dengan bahan yang tipis dan untuk musim hujan pilih yang berbahan tebal.
2. Untuk Burung Muda Hutan atau burung yang giras, dapat digunakan kerodong berwarna gelap dan berangsur di gunakan krodong transparan agar burung lebih jinak. krodong yg agak tembus cahaya (transparan) membiasakan agar burung bisa dikerodong tapi namun tidak grabak-grubuk.
Untuk sementara jangan langsung dikerodong di tempat yg gelap, secara bertahap setelah sudah terbiasa dan tidak grabak-grubuk lagi, baru lah kita biasakan di tempat yg agak gelap.

Bahan Dasar Krodong.

Bahan kerodong kita lihat dari bahan dasarnya :

1. rayon
kain rayon ini dibuat dari bubur kertas ato pulp dan chemical pendukung, kain ini mempunyai ciri lentur(bisa mulur/mengkeret) cirinya :
*) bahan ini menyerap air, jika dipakai akan berefek dingin, akan tetapi bahan ini mudah mengkerut dan mulur, sehingga bisa-bisa kerodong yang semula pas di kandang, seteleh dicuci berapa kali bisa seret/longgar.
*) Berefek dingin dan mudah menyerap suhu udara luar (hampir sama dengan kain katun), akan tetapi daya serap kain terhadap warna kurang bagus, sehingga jika kita membeli kain ini dengan motif tertentu, biasanya lebih mudah mbladus (jawa)/ lusuh.

2. Katun
dari asal kata cotton (kapas), kain ini dibuat dari serat tanaman kapas. kain yang menggunakan bahan dasar ini biasanya berefek dingin jika digunakan, dan ketebalannya pun bermacam-macam berdasar konstruksi kain dan ketebalan benang, ini juga yang menentukan rapat/renggangnya kain. ciri kain ini :
*) Daya serap terhadap air tinggi, sehingga jika digunakan berefek dingin pada kandang sangkar.
*) Kain ini mempunyai kemampuan yang lebih bagus untuk menyesuaikan suhu di dalam dan luar kain, kita bisa merasakan suhu yang dirasakan burung (minimal mendekati), suhu panas luar akan mudah masuk dan begitu pula sebaliknya jika suhu turun maka suhu dalam akan segera turun mengikuti.
*) Rentan terhadap jamur, jadi kerodong yang berbahan ini, jika tempat kita cenderung lembab perlu perhatian terhadap perawatannya (rutincucijemur).

3.Polyester/tetoron
kain polyester ini dibuat dari Purified Terephthalic Acid (PTA) yang dibuat menjadi Polyester Filament yang dikristalkan (biji plastik/plastic chip), dibentuk filament dan diplintir menjadi benang polyester, maka dari itu ciri bahan polyster ini :
*) Cenderung panas karena suhu yang diserap tidak langsung dilepaskan ketika suhu luar turun.
*) Lebih kedap air,ringan dan cepat kering, kalo kehujanan nampaknya luar basah tapi tidak banyak air yang masuk (ini juga tergantung kerapatan kainnya).
*)Strukturnya relatif padat sehingga mudah menahan angin, (aman digunakan untuk membawa burung dengan menggunakan motor).
*) Untuk kualitas tertentu (kurang bagus) karena bahan dasarnya serat plastik makan jika mendapat panas cukup banyak akan mengeluarkan bau (ini perlu perhatian karena bisa mempengaruhi momongan kita).


Kalo kita ragu bahan kerodong kita terbuat dari bahan apa, salah satu cara termudah ialah dengan test Bakar Bulu , Yaitu dg cara ambil satu helai benang dari ujung kain lalu kita bakar dg korek api.
-Benang dari jenis Cotton dan Viscose kalau dibakar nyala apinya akan lambat, dan sisa pembakarannya berupa abu, seperti kita bakar kertas.
-Benang dari jenis Polyester kalau kita bakar nyala apinya akan cepat dan sisa pembakarannya seperti plastik.
-Benang dari jenis TC dan TR kalau kita bakar sisa pembakarannya seperti arang/plastik tapi kalau kita remas akan jadi bubuk dan ada sedikit diujungnya sisa pembakarannya seperti abu kertas.
Ini adalah cara terpraktis yg bisa kita gunakan dg derajat ketepatan bisa sampai 95%.
-kain jenis rayon jika kita remas kurang bisa kembali halus (cepat lungset). 2
Disamping itu ada beberapa jenis kain lain seperti, linen, viscose, woll, sutra, akan tetapi ini jarang ditemukan digunakan untuk kerodong.
MENDIAGNOSA PENYAKIT PADA BURUNG JANGAN HANYA MAIN PELOTOT

MENDIAGNOSA PENYAKIT PADA BURUNG JANGAN HANYA MAIN PELOTOT

Kalau burung Anda terlihat loyo, jangan hanya dipelototi. Langsung saja dipegang. Periksa keseluruhan tubuhnya, periksa kalau-kalau ada luka, benjolan dan sebagainya. Dekatkan paruh burung ke telinga kita. Dengarkan adakah suara "ngik-ngik" dsb.
Kalau Anda ragu untuk memegangnya, bisa jadi Anda akan terlambat memberi pengobatan. Ini adalah pengalaman saya sendiri belum lama ini.
Beberapa hari yang lalu, anak kandang di rumah saya lapor, "Pak burungnya ada yang sakit."
"Obat-obatannya masih kan? Ya tulung diobati dulu," kata saya yang beberapa hari ini tidak bisa mengamati satu-satu burung di pagi hari (kebanyakan browsing sampai pagi kale.....).
Saya baru menanyakan keadaan burung itu pada sore keesokan harinya. Saya lihat kondisinya, terlihat lesu. Makan masih mau meski tidak lahap..... ya cuma itu yang saya lakukan sambil menyuruh anak kandang terus mengawasinya.
Sekitar pukul 9 pagi harinya, Om Erik (teman saya) datang. Begitu melihat kondisi burung yang sakit, langsung dia pegang. Diraba-raba... "Wah ada benjolan..." kata dia, "mmmm... ada kotoran menutupi dubur."
Dubur burung dibersihkan, bulu di sekitarnya diguntingi, dan segera dia suntikkan Terramycin.
"Sepertinya nggak tertolong nih," katya dia sembari melepas burung lagi ke sangkar.
......ya betul.... sore harinya burung wassalam.....
Seandainya... ya seandianya ketika kali pertama saya diberitahu ada burung sakit kemudian saya pegang, saya raba, ya pokonya secara teliti saya periksa, barangkali nggak ada salah "obat". Sebab, "obat" yang diberikan anak kandang hanyalah multivitamin biasa untuk menjaga kondisi burung agar tidak ngedrop.... dan bukan antibiotik untuk melawan inveksi karena ada luka di dekat dubur.
Seandainya luka itu saya bersihkan, maka tidak akan ada cairan kental yang kemudian menutup dubur burung. Seandainya dubur itu tidak tertutup kotoran yang mengering, maka burung akan mudah mengeluarkan kotoran. Seandainya dia mudah mengeluarkan kotoran, maka perutnya tidak akan penuh kotoran yang tidak terbuang. Seandainya semua itu saya lakukan barangkali burung bisa tertolong............
Ya tidak ada kata lain selain bahwa seandainya saya tidak menceritakan masalah ini ke Anda, barangkali akan terulang kembali kecerobohan seperti itu...Semoga tidak...
CARA MENJINAKKAN BURUNG

CARA MENJINAKKAN BURUNG

Untuk menjinakkan burung sudah banyak tips diberikan oleh kawan-kawan kita. Dalam proses wajar, burung bisa jinak dalam waktu relatif lama. Kalau mau agak cepet, kuncinyanya pada diri kita sendiri: sempat apa nggak. Kalau Anda sempat, lakukan hal-hal berikut ini.
1. Dari sisi tempat
Kalau Anda punya burung terlalu liar, gantung saja agak tinggi di tempat ramai, ya di tempat ramai, atau yang biasa dilalulalangi anggota keluarga. Jangan justru digantung di tempat tersembunyi karena Anda takut burung kelabakan. Biasakan itu selama sekitar sepekan. Setelah itu, posisi agak diturunkan. Lakukan selama sepekan, turunkan lagi, sepekan mendatang turunkan lagi sampai posisi normal. Kalau rumah Anda dekat jalan raya/kampung, biasakan gantung burung di halaman rumah dekat jalan itu (tapi awas maling). Kalau burung Anda memang liar banget dan Anda melakukan saran saya ini, saya jamin burung Anda bakal berdarah-darah di sekitar paruhnya, juga bulunya rusak. Tapi no problem. Itu proses normal yang harus kita lalui. Luka bakal kering, bulu bakal tumbuh lagi.
2. Dari sisi memandikan
Biasakan memandikan burung dengan cara dikaramba dengan waktu agak lama. Kalau dia nggak mau mandi sendiri, semprot pakai semprotan sampai basah kuyup. Nggak masalah dia kelabakan kesana-kemari saat disemprot. Benar-benar basah kuyup sampai menggigil kedinginan dan nggak kelabakan lagi. Biarkan dulu dia di karamba, sampai bulu agak kering. Tapi kalau Anda tergesa-gesa mau pergi, masukkan langsung ke sangkar juga nggak apa-apa, dan gantung di tempatnya. Kalau sempat, lakukan “pemandian” itu pagi dan sore hari.
3. Dari sisi makanan (bisa dilakukan pada hari libur/menyempatkan diri libur)
Kosongkan tempat pakan menjelang malam. Biarkan pada pagi hari dia kelaparan. Dalam kondisi itu, sorongkan jangkrik dengan lidi di tangan kita. Kalau dia nggak mau mematuk jangkrik, tarik lagi. Lima atau sepuluh menit lagi kita lakukan hal sama. Kalau masih nggak mau, tunda lagi. Begitu seterusnya, sampai sekitar pukul 10.00. Kalau sampai jam itu belum mau juga, tinggalkan jangkrik di tempat pakan biar dimakan. Setelah dia makan satu jangkrik, sorongkan pakai lidi satu jangkrik lagi. Kita goda dia beberapa saat mau mendekat atau tidak. Begitu jangkrik disambar, kita coba lagi, sampai burung agak kenyang. Setelah itu tempat pakan kita isi dengan kroto (untuk murai dan kacer) satu sendok teh saja. Siang hari, kita coba-coba lagi memberi jangkrik dengan lidi, dan begitu pula sore hari. Setelah terbiasa dengan lidi, coba langsung diangsurkan dengan tangan. Proses ini kuncinya adalah membuat burung kelaparan dan merasa tergantung pada manusia dan “terpaksa” harus berani kepada manusia. Karena kuncinya membuat burung lapar, senantiasa kosongkan wadah pakan dan hanya beri secukupnya ketika sudah dilatih makan jangkrik yang kita tusuk lidi/langsung dari tangan kita.
Kalau sekadar untuk tetap bernafas sehat, empat-lima jangkrik sudah cukup kita berikan pada pagi hari, dua-tiga jangkrik pada siang hari, dan empat – lima jangkrik pada sore hari, dan semuanya tanpa ada makanan tambahan di wadah pakan.
—Itulah sejumlah cara menjinakkan burung yang bisa kita pilih. Kalau ketiga cara itu bisa kita laksanakan/kombinasikan berbarengan, maka dalam waktu nggak sampai sebulan burung liar sudah jadi relatif jinak.
Menjinakkan burung dengan cara itu memang membawa sejumlah konsekuensi, misalnya burung yang semula sudah mau ngriwik/bunyi, jadi agak macet karena stres. Burung yang semula mulus, jadi luka atau rusak bulu. Tapi semua adalah bagian dari proses. Tinggal kita mau pakai jalan cepat atau jalan biasa. Orang Jawa bilang, jer basuki mawa bea, semua kebaikan perlu biaya dan biaya ini bisa bermacam-macam bentuknya. Ok?

CIBLEK SI KECIL CABE RAWIT


Ciblek (Prinia Familiaris) sekilas tampak tampilan burung ini kurang menarik, dengan warna bulu yang kurang memikat (berwarna dominan abu-abu) dan suara yang monoton yang sering di perdengarkan ciblek di alam, membuat banyak orang memandang sebelah mata terhadap burung ini. Berbeda dengan sepupunya Prenjak, yang telah lama memikat hati bagi sebagian orang karena kicauannya yang jika bersahutan antara jantan dan betina nampak serasi dan merdu serta enak di dengar.

Mungkin ketertarikan awal orang akan burung ini adalah karena tampilannya yang aktraktif dan relatif lebih mudah di ”rawat” di bandingkan dengan burung prenjak yang lebih sensitif, maka burung ciblek lebih mudah ”survive”. Sampai saat ini kita masih dapat dengan mudah menjumpai burung ciblek di beberapa pasar burung dengan harga yang relatif ’terjangkau’. Untuk burung ciblek liar yg sudah berumur, di pasar kebayoran baru dan Pasar pramuka kita dapat membeli burung tersebut dengan harga kisaran Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 20.000,- tergantung pasokan barang. Untuk burung ciblek yang masih lolohan atau masih muda harganya di patok kisaran Rp. 25.000,- sampai dengan Rp. 50.000,- tergantung kondisi burung. Cerita akan lain jika burung tersebut sudah ’mau bunyi dan sudah belajar makan voer’, dengan kondisi burung yang sudah demikian, maka sepertinya kita akan dipaksa untuk merogoh kocek agak dalam. Untuk burung yang sudah mau bunyi dan sudah mau makan voer (sebagai pakan utama) maka harga yang dicapai bisa kisaran Rp. 50.000,- sampai dengan 100.000,-. Beda lagi jika ternyata burung tersebut bermental baik, yang akan di ketahui jika burung itu dipertemukan dan mau bertarung dengan burung lain, rasanya harga Rp. 150.000,- akan menjadi tawaran yang menggiurkan untuk kicaumania.

Harga tersebut tentunya akan beda tergantung pada waktu dan tempat juga demand (minat) terhadap burung ciblek. Dan akan berbeda lagi jika kita temui burung dengan kualitas Istimewa.

Burung kualitas istimewa disini biasanya bermental sangat baik, dengan volume yang diatas rata-rata burung ciblek pada umumnya. Tampilannya juga aktraktif dengan gerakan lincah saat berkicau dan menarikan ekornya untuk memperagakan tarian perangnya jika berhadapan dengan musuh/burung ciblek lainnya.

Variasi suara burung ciblek biasanya senada dan diperdengarkan dengan tempo tinggi (ngotot) dan terus menerus, sehingga enak di dengar. Beberapa ciblek telah dapat di master dengan suara burung lain. Istilah suara tembakan, suara ngebren adalah istilah yang biasa di gunakan oleh penggemar burung ini untuk menggambarkan suara burung ciblek yang sedang berkicau.

Suara tembakan adalah suara burung saat memperdengarkan suara kerasnya secara satu persatu dengan tempo nada yang tidak begitu rapat. Ngebren adalah suara ciblek yang di perdengarkan dengan tempo tinggi/rapat dan keras. Rasanya jarang kita temui burung ciblek yang bersuara ”setengah hati”. Variasi suara burung ini akan tergantung pada kecerdasan burung dalam menangkap dan merekam suara burung lain disekitarnya.

Sebenarnya ciblek merupakan burung yang layak kembali untuk dilombakan pada kelas tersendiri.sudah sepantasnya burung ini tidak lagi di pandang sebelah mata dan dianggap sebagai burung ”kelas II”. Burung ini terkenal memiliki mental yang baik, kemampuan aktraktif-nya pun sangat enak di pertontonkan, layaknya melihat miniatur burung petarung seperti hwa mei yang sedang bertempur dengan gaya fighter membuka sayap dan mengibas-ngibaskan ekornya turun dan naik pada tangkringan sebagai atraksi menekan mental lawannya. Kriteria penilaian burung ini dapat di nilai dari variasi lagu, mental, gaya saat menghadapi lawan, serta tidak lupa kicauan yang bertempo cepat, tebal dan tajam.

Mental burung ciblek yang sudah ’jadi’ tidak perlu di ragukan lagi. Penulis beberapa kali menemukan ciblek yang bermental sangat baik, yang bukan saja berani bersahutan dengan burung sejenis, namun burung ciblek yang sudah jadi terkenal berani berkicau dan bersahutan dengan burung yang secara fisik maupun volume suara lebih besar.

Tidak saja untuk di pertandingkan, burung ciblek juga dikenal sebagai burung ”master” yang baik, khususnya untuk burung kenari, branjangan, cucak hijau dan lainnya.

Ini dimungkinkan, karena burung ini yang akan ”ngotot” berkicau jika mendengar suara burung lain, sehingga cocok untuk masteran burung lain karena akan berkicau setiap saat, juga suara burung ini akan sangat menonjol dan biasanya di gunakan sebagai senjata ”tembakan” bagi burung lomba lainnya.

Peliara ciblek... Lomba Ciblek.. Siapa takuutttt.... !!!